@copy right : Shine Fikri. Powered by Blogger.

5 Langkah Yang Harus Dilakukan Istri Pengusaha

 
9 dari 10 pintu rezeki ada dalam perdagangan.
 
Orang terlahir di dunia ini dengan karakter dan kebiasaan masing-masing. Karakter itulah yang akan menentukan bagaimana ia ke depan.
Saya sendiri merupakan keturunan pengusaha (maksudnya ibu bapak pedagang gitu), dari kecil sering sekali membantu orangtua berjualan, mulai dari melayani pelanggan yang kebanyakan petani yang pagi-pagi sudah memulai hari untuk pergi ke sawah sampai dalam tahap pembuatan dagangan itu sendiri. Ya, ibu dan bapak saya berjualan lauk dan sayur masak, terutama semur jengkol yang menjadi andalan.
 
Namun, apakah lantas saya sendiri menyukai perniagaan? Tidak! Apalagi saat memasuki jenjang SMK. Saya paling alergi sekali dengan berjualan. Pasalnya ketika itu, Penjualan merupakan jurusan paling bawah standarnya. Gengsi dong, kalau sekolah ujung-ujungnya jualan? Yang ada dipikiran saya ketika itu, anak kecil aja bisa, yang keren itu adalah pegawe kantoran, PNS, dan standar pekerjaan pada umumnya. Apalagi saya mengambil jurusan IT dimana otak saya dipenuhi koding dan angka-angka.
 
Saya merasa kesal dan sebal ketika ada tugas kewirausahaan. Disuruh jualan? Apa kerennya coba! Ya, meskipun pada akhirnya menjalankan hanya sebatas menggugurkan kewajiban. Laku? Ya Alhamdulillah selama tugas kewirausahaan, dagangan saya selalu laku.

Pola pikir tersebut ternyata berubah seiring berjalannya waktu. Saya menikah dengan orang yang keras kepala sekali mengenai wirausaha. Pernah nonton Billioner? Karakter suami saya seperti pemeran utama dalam film tersebut, ketika kakak-kakaknya melaju di pendidikan akademiknya yang gemilang, Ia malah memilih jalan yang salah, untuk berjualan, berbisnis dan untuk bersusah-susah berusaha.

Kebayang, juara olimpiade komputer se-Sumatera hanya luntang-lantung ga jelas dengan usahanya? Apa kata dunia? Anggapan orang pun beragam. Tapi ia tak menggubrisnya.
 
Sampai Ia pun failed dengan usahanya di bidang percetakan, karena ada missed com lah dan karena adanya penipuan-penipuan yang dilakukan oleh karyawannya. Akhirnya, dengan terpaksa  ia mengecap diri sebagai karyawan BUMN. Karena bagaimana pun dapur harus tetap ngebul.
 
Bisa dibayangkan karyawan BUMN dengan gaji yang di atas rata-rata dan tunjangan keluarga ini itu onoh yang banyak sekali? Rasa syukur sebagai istri pun terbuncah. Namun, lagi-lagi, Ia keras kepala meminta izin untuk resign dari kerjaannya dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun, alasannya karena dianggap “It’s not my passion.” Padahal dari segi prospek sangatlah menggiuarkan.

Saya ngotot tak mengizinkan, Ia pun lebih ngotot meyakinkan bahwa dengan usaha Ia merasa lebih bermanfaat untuk orang lain dan dapat membawa perubahan. Saya speechless ketika Ia berurai air mata, memohon untuk mengizinkannya keluar sebagai karyawan. Jika sudah begini, saya bisa apa? Toh, tak baik juga memaksakan kehendak pada orang yang tak suka dengan dunianya. Bisa-bisa malah stress nanti. Batin saya mulai menemukan kewarasan.
 
 

Pola pikir saya pun akhirnya berubah seiring dengan melajunya Ia giat memulai bisnis. Menjadi lebih pasrah, menjadi lebih tenang dengan ketetapan rezeki yang diberi oleh Nya. Dengan tanah yang luasnya tak seberapa, Ia pun membangun usaha. Tak henti-henti saya mengingatkan bahwa bisnis bukan tujuan segalanya. Saya amati, Ia terlalu baik terhadap orang lain bahkan orang yang baru dikenalnya. Sehingga kehati-hatian itu kehilangan kontrol karena terlalu dominan tertutupi oleh khusnudzon. Dari sana saya menemukan kelemahan terbesar suami dalam berbisnis.

Lalu sebagai seorang istri pengusaha (sebutlah begitu ya), apa yang harus saya lakukan dalam tantangan bisnis suami? Yang pertama sekali yaitu samakan Frekuensi... Selanjutnya, setidaknya ada 5 hal yang harus saya sampaikan. Ini dia :

1. Mental Baja

Banyak kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam sebuah bisnis. Oleh karenanya yang harus disiapkan adalah mental yang kuat ketika menemukan masalah ataupun sebaliknya. Karena keduanya, baik masalah ataupun kesuksesan bisa memompa jantung kita di atas rata-rata.
 
Contoh, ketika untung maka keuntungannya akan membuat kita mabuk jika tak bisa mengontrolnya. Sebaliknya ketika rugi atau bahkan failed maka kita akan get nothing atau bahkan sampai tak bisa makan seharian. Lebay? No, It’s real. Kenyataannya memang selalu begitu.

Maka kuncinya adalah “biasa saja” baik saat menemukan kegagalan ataupun kesuksesan. Bersyukur ketika sukes, bersabar ketika gagal. Tidak berfoya-foya ketika sukses, tidak meratap ketika gagal. Sulit? Awalnya sulit. Namun dengan keteguhan dan keyakinan pasti bisa dijalani.  

Yang menjadi drama biasanya ketika melihat anak-anak merengek minta ini-itu tapi sebagai Ibu tak mampu memberikannya bahkan untuk sekedar lauk pauk. Jangan kaget, itu biasa sekali terjadi pada seorang pengusaha. Oleh karena itu, saya sering termehek-mehek bukan karena saya tak dikasi apa-apa, karena dari lahir saya memang terbiasa hidup dalam derita *tssah. Yang membuat meringis dan nyesek adalah ketika melihat anak harus ikut-ikutan menahan lapar.
 
Mental baja yang harus dimiliki berikutnya adalah mampu mengontrol hati untuk tak mendengar semua omongan orang. Ketika suami kita menjadi pengusaha tidak lagi seperti orang kantoran, yang pagi-pagi sudah berangkat, berdasi, berkemeja dan memiliki jam pulang pada umumnya. Ya, yakinkan pada diri sendiri bahwa suami kita berbeda. Mau orang bilang apa, luntang-lantung, ga ada kerjaan karena memang tidak terlihat seperti bekerja. Banyak kegiatan di rumahnya. Woles saja say, dilemesin malah harusnya disyukuri karena family time bisa kapan saja dilakukan tanpa harus menunggu weekend itu tiba.

2. Memotivasi Suami

Ini sih sebenernya baik kantoran ataupun usaha, sudah sepatutnya sebagai istri harus giat menyemangati. Karena ketika suami semangat maka pintu keberkahan akan terbuka lebih luas. Namun, ada satu hal yang harus kita sadari. Perempuan itu fitrahnya orientasi pada keduniaan, seperti harta, benda dan segala printilannya. Biasanya senang ketika suami berjaya dan manyun ketika suami tak membawa apa-apa.
 
Apakah itu salah? Tidak selamanya. Karena pemafhuman akan tetap ada selama kita menjadi manusia.
 
Saya pun berproses. Suami pulang bukannya disambut dengan kehangatan malah merepeeet tanya kenapa kenapa dan kenapa? Sementara tipe komunikasi kita jelas berbeda. Suami akan cerita dengan sendirinya ketika Ia telah menemukan solusi dari semua permasalahannya. Kita menganggap bahwa suami tak menghargai adanya kita? Tapi ternyata, justru suami berpikir, tak ingin membebani kita dengan masalah yang ada. He just want to give the best.
Lama-lama saya tersadar bahwa apa yang dilakukan seorang Khadijah itu benar adanya. Ketika Rasul pulang dari Gua Hira dengan keadaan menggigil, ketakutan karena telah menerima wahyu. Yang dilakukan Khadijah adalah menuruti keinginan suaminya, yaitu menyelimutinya bukan diberondong dengan pertanyaan yang super panik dan heboh “why oh why?”
 
Ah, memang tiada banding jika harus disamakan dengan Khadijah ya. Tapi setidaknya kita dapat mengambil pelajaran berharga bahwa setiap istri berperan untuk menguatkan bukan melemahkan. 
 
Pun dalam hal mengoreksi kesalahan suami dalam usaha. Pastikan terlebih dahulu, suami kita tipe orang yang bagaimana? Jika termasuk yang sensitif, sebagai seorang istri bisa Kita tangani dengan dimulai dari kode-kode ringan, ketika hatinya sudah senang, barulah Kita bermain. Namun, jika ternyata tipe suami adalah orang yang dapat menerima kritikan, bisa langsung kita utarakan poin-poin koreksian yang kita amati selama ini.

 
 

3. Jadilah Kepala Keuangan

Jika suami boros dan diri kita bisa berhemat. Maka tawarkan diri untuk menjadi kepala keuangan pada bisnisnya. Mengatur keuangan dalam sebuah bisnis mestilah tak mudah namun patut dicoba dengan mempelajari manajemen keuangan yang benar terlebih dahulu.
 
Karena hal ini, hal sensitif yang menjadi kendala selama ini. Tau-tau uang berpuluh juta atau bahkan ratusan entah pergi kemana. Demi menghindari buruk sangka dan lain sebagainya, ada baiknya, istrilah yang memegang cash flow keuangan bisnis suami. Tunjukkan bahwa kita mampu dengan detail memanaj keuangan baik pribadi maupun usaha, sehingga akan timbul kepercayaan. Dan kita sebagai kepala keuangan bisa lebih tenang dan fokus dalam memanajnya. Tidak lagi ada prasangka diantara suami dan istri.

4. Bangbingbung, Yuk Kita Nabung!

Ini yang perlu digaris bawahi apalagi ketika sedang sukses-suksesnya. Sebisa mungkin ketika memiliki uang, berpikirlah untuk investasi jangka panjang bukan hanya kenikmatan sesaat saja. Jajan boleh asal tidak berlebihan. Karena jajan pun termasuk salah satu menghargai diri sendiri atas kerja keras selama ini.
 
Usahakanlah untuk menabung dan jadikan tabungan tersebut sebagai sebuah rahasia, jangan sampai suami mengetahuinya. Toh pada akhirnya, jika ada apa-apa, tetap baliknya akan ke kita juga sebagai istri. Maka tabungan tersebut menjadi back up ketika kerugian dari bisnis itu mulai terasa.
 
Kita berpikir dong ya, anak musti makan, beli susu dan dana pendidikan yang per bulannya jalan terus? Apalagi jika memiliki suami yang anti hutang dan anti meminta bantuan kepada orang lain. Kalau bukan dari tabungan masa-masa kejayaan dari mana lah Kita bisa membayarnya. Meskipun, hakikatnya, pintu rezeki itu selalu terisi ketika gelasnya kosong. 
 
Syukur-syukur bisnis suami selalu mujur dan Allah berkahkan ya, pan dana rahasia tabungan kita bisa dialokasikan buat yang lain. Tau-tau kebeli tanah buat investasi pendidikan anak misalnya. Alangkah beruntungnya suami jika memiliki istri yang bisa nabung. Sehingga kerahasiaan kita tidak dinilai salah bahkan sangat membantu dan membahagiakan pada akhirnya.

5. Perkokoh Iman

Rezeki sudah ada jaminan tersendiri dari Allah. Biasanya kualitas ibadah kita akan menjadi penentu sukses tidaknya bisnis kita. Namun, jangan pula menjudge bahwa Allah tak adil, ketika kita sudah giat ibadah dan berusaha hasil yang didapat malah sebaliknya. 
 
Keimananlah yang akan menuntun kita pada jalan yang benar. Pastikan kekokohan iman itu selalu di upgrade dengan cara berkumpul dengan orang sholeh, meniatkan segala sesuatu dalam bentuk ibadah dan memastikan bisnis yang dijalani semata-mata bukan untuk memperkaya diri namun lebih kepada kebermanfaatan kita hidup di dunia ini. Jika sudah begitu, insya Allah, apapun tantangan bisnis suami ke depan, kita dengan mudah saja menjalaninya tanpa perlu menggugat siapapun. 
 
Seperti halnya inner beauty, iman itu pun sama sifatnya, semakin elok maka semakin terpancar ke luar, sehingga menimbulkan kedamaian ketika dipandang suami dan menentramkan ketika diajak berdiskusi.

Itulah sedikit hal yang bisa kita lakukan sebagai seorang istri dari seorang suami pebisnis keren yang 5 atau 10 tahun ke depan namanya akan tertulis dalam buku-buku biografi sarat ilmu dan motivasi. Aamiin, hihi, jika bukan istri sendiri yang mendoakan, siapa lagi coba! Maka PD saja bermunajat dengan sebaik-baik permintaan kepada Rabb Yang Maha Memiliki segala.

Terlepas dari semua itu, saya sendiri menekankan pada pribadi agar tidak terjerumus pada ayat kaburo maqtan indallaha mala taf’alun. Yaitu orang yang Cuma ngomong doang namun tidak melakukan apa yang Ia katakan, naudzubillah... Semoga kita bisa sama-sama menjalaninya, sama-sama legowo dan terus semangat menjadi istri terbaik untuk seorang Pengusaha/Pebisnis (apapun itu namanya).

8 comments

  1. Salut sama mbaknya. Aku tipikal istri karyawan banget soalnya hahhaha, karena gak siap dengan fluktuasi berbisnis 😂

    ReplyDelete
  2. Istri soleha selalu mendampingi suami dan memberikan dukungan.

    Walaupun tidak gampang akan tetapi jika di lakukan bersama dan mendapatkan persetujuan maka akan enak di jalani.

    ReplyDelete
  3. Wah mbak, malah kebalikannya aku orang tua pengusaha (alias berdagang) tapi pingin anaknya jadi pegawai. Alhasil aku nyemplung jadi karyawan. Sedang otw membujuk suami biar jadi pengusaha :)
    Semoga bisa jadi istri yang seperti itu

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  5. Wah mbak nya hebat mengilustrasi kan keadaan.. sama persis dengan yg saya hadapi, alhamdulillah dapat pencerahan... jazakallahu khairan, saya jadi gak manyun lagi.. semoga sama sama di jadikan istri idaman pengusaha ya mba, terima kasih :)

    ReplyDelete
  6. Wah mbak nya hebat mengilustrasi kan keadaan.. sama persis dengan yg saya hadapi, alhamdulillah dapat pencerahan... jazakallahu khairan, saya jadi gak manyun lagi.. semoga sama sama di jadikan istri idaman pengusaha ya mba, terima kasih :)

    ReplyDelete
  7. Wah mbak nya hebat mengilustrasi kan keadaan.. sama persis dengan yg saya hadapi, alhamdulillah dapat pencerahan... jazakallahu khairan, saya jadi gak manyun lagi.. semoga sama sama di jadikan istri idaman pengusaha ya mba, terima kasih :)

    ReplyDelete
  8. Wah mbak nya hebat mengilustrasi kan keadaan.. sama persis dengan yg saya hadapi, alhamdulillah dapat pencerahan... jazakallahu khairan, saya jadi gak manyun lagi.. semoga sama sama di jadikan istri idaman pengusaha ya mba, terima kasih :)

    ReplyDelete