@copy right : Shine Fikri. Powered by Blogger.

Eksplore Baba Ong Boentjit Sebuah Destinasi Wisata Baru Di Palembang

Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah bangsanya sendiri
-Ir. Soekarno

Assalamu'alaikum Teman...

Berbicara Palembang, yang terlintas adalah Ampera dan Sungai Musi. Tak ketinggalan pempek sebagai menu andalannya yang mendunia. Semenjak kepindahan ke Palembang, semenjak itu pula aku serasa dibawa pada peninggalan-peninggalan jaman dulu. Sejarah, budaya, bahasa, semua digali lewat wisata edukasi bernama Museum. Sejarah mencatat bahwa Palembang dinobatkan sebagai kota paling tua di dunia setelah Sao Vicenta, Brasil. Tak hanya itu, Palembang pun dijuluki sebagai Venesia-nya Indonesia. How proud I am.

Berburu Souvenir Di Miniso

Assalamu'alaikum Sahabat...



Pernah ga sih kalian menginginkan sesuatu, pernak-pernik lucu menggemaskan kekinian gitu? Kalau aku sih iyes, meskipun terkadang harus disesuaikan dengan budget yang dipunya. Ya, lihat yang lucu-lucu memang selalu pengin bawa pulang ya, asal jangan anak orang aja yang dibawa pulang, hehe...

Yuk Ramaikan Pameran Pendidikan Islam Interasional Di Indonesia

Assalamu'alaikum.


Hallo sahabat daring, kali ini saya datang membawa kabar gembira. Terutama dari dunia pendidikan. Penasaran? Baca sampai habis ya informasinya.
Pendidikan merupakan modal utama seseorang dalam pembentukan karakter. Karakter tersebutlah yang nantinya akan menggiring seseorang ke level derajat yang dijanjikan Rabb-Nya.

Peran Blogger Untuk Asian Games 2018 & Kemajuan Indonesia

Bismillah...

Assalamu'alaikum Sahabat Daring....

Pagi aku membelah Palembang yang sedang gerimis manja. Bersama duo krucilku aku menuju Novotel untuk menghadiri acara Flash Blogging yang mengambil tema Asian Games 2018 & Kemajuan Indonesia yang dilaksanakan oleh Kominfo. Aku sangat exited menghadiri acara ini. Banyak tema menarik dan  berbagai macam pertanyaan yang masih terpatri di hati.

Do & Don't Saat Takziah


Malam itu ku peluk sepi. Tak ada yang sudi memelukku melainkan Allah itu sendiri. Semua kalimat yang dilontarkan para pelayat begitu meruntuhkan imanku.

Kenapa tidak lebih awal di bawa ke RS? Kenapa begini begitu? Kenapa-kenapa lainnya yang tak kenal henti menyerangku. Seolah aku ini Ibu yang tak berguna.

Lalu...

“Seharusnya begini begitu... Makanya jangan ngoyo... Sudahlah sekarang mah ambil hikmahnya aja untuk pelajaran.” Seolah meraka paling mengerti akan semua yang terjadi.

Ingin rasanya memuntahkan amarahku seketika itu juga! Siapa yang paling ngoyo? Apakah tidak berkaca pada diri sendiri? Waktuku 24 jam untuk anak, sementara kalian? Tapi mereka tidak pernah melihat itu! Mereka melihat apa yang terjadi hari itu saja dan berani mengecapku ngoyo. Herannya yang keluar dari mulutku justru ucapan terimakasih. Betapa ironisnya hidup...