
Bismillah...
Puncak tertinggi cinta seorang hamba terhadap Rabbnya yaitu dibuktikan dengan Pengorbanan. Oleh karena itu Kurban menjadi latar belakang ujian seorang hamba yang pada akhirnya bisa melaluinya yaitu Nabi Ibrahim dan Ismail. Bagaimana Ibrahim mau menunaikan titah Rabb-nya untuk mengorbankan seorang anak yang sangat dinanti dan disayanginya itu.
Bagaimana Ismail begitu manut ketika tanda tanya itu terjawab bahwa semua atas perintah Tuhannya. Dan kini, peristiwa itu menjadi cikal bakal adanya kurban yang dirayakan setiap tahunnya. Pada bulan yang sangat diagungkan yaitu Dzulhijjah dan pada hari puncak kehambaan.
Di hari itu bukan hanya harta yang dikurbankan namun juga ego, kepemilikan, kemelekatan dan kecongkakan dalam diri yang harus benar-benar dilepas. Karena semua itu berawal dari rasa kepemilikan yang kuat. Padahal Allah hanya menitipkan saja, suatu waktu harus dikembalikan atau dikorbankan, mau tak mau kita harus melepasnya.
Pertanyaannya sejauh mana kita tau tentang urgensi berkurban ini? Padahal bukan hanya bukti cinta saja melainkan banyak sekali pengaruhnya untuk sesama kita yang merasakan langsung manfaat dari berkurban yang kita lakukan.
Sedikit cerita tentang berkurban ini. Suatu hari kami pindah rumah dan menetapkan kurban di masjid dekat kami tinggal. Kami berpikir ketika melihat spanduk yang terpampang di depan masjid dan mengatasnamakan masjid, artinya itu adalah sudah disahkan oleh Dewan Masjid maupun panitia kurban.
Berkontaklah kami ke nomor yang tertera di spanduk tersebut. Kami komunikasi bagaimana kalau mau kurban di masjid tersebut dll-nya secara detail. Katanya langsung ke dia sebagai penanggung jawab. Oh oke, kami mau melihat terlebih dahulu bagaimana kambingnya. Karena beliau membandrol 3juta untuk setiap kambing maupun patungan sapi. Katanya untuk sapi ga ada patungan karena pengurban tidak memenuhi kuota 7orang, kami disarankan untuk kambing saja. Singkat cerita kami tanya tetangga yang dia lebih dulu tinggal di komplek ini. Memang betul katanya dia panitia dan amanah.
Akhirnya setelah divideokan kambingnya, kami pun memilih kambing yang paling besar dan menurut kami gagah. Malam takbiranpun tiba, hanya kambing kami yang belum hadir di pelataran Masjid. Yang lain sudahberkumpul semua, ada sapi 2 dan 4 kambing lainnya.
Saya konfirmasi dan didapatlah bahwa kambingnya memang sedang dalam pengantaran. Saya pun pulang sejenak ke rumah. Tak lama, Anak-anak berlarian dan antusias memberi tahu bahwa kambingnya sudah datang.
"Ayooo mi buruan, kambing kita sudah dataaang. " Mereka sangat excited.
Saya pun tergopoh dan ketika melihat kambingnya : Allahu Akbar, alangkah kecilnyaaa. Ini sih kambing anakan. Ya Allah Ya Rabb... Batin saya.
Tiba-tiba Bapak-bapak tetangga bertanya : "Maaf ya mba, kamu beli ini berapa?"
"3 juta pak. "
"Ya Allah, 3juta kecik nian. 3juta itu yang ini lho mba, sebesar itu. Beliau menunjuk kambing yang paling besar dan gagah yang ada di pelataran. Kenapa ga beli ke peternaknya langsung?"
"Iya Pak, saya pikir ketika kontak ke masjid bakalan amanah, kok tahu-tahu datangnya kecik nian."
"Kamu ni ditipu nian." Dengan logat Palembang mereka menyayangkan kenapa kami bisa tertipu oleh oknum yang mengatasnamakan masjid.
"Saya ga tau lho Pak, saya cuma tahunya spanduk tuh dipasang di masjid, berarti atas dasar musyawarah bersama dong pak."
"Idak, dio tuh nyetak sendiri, pasang sendiri, kami dak tau-tau sudah terpasang."
"Ya Allah... Ngapo bapak-bapak diem bae?"
"Cak ini bae, kamu telponlah uwongnyo, minta tukar, kalau dak mau, balikin duit bae sudah."
"Ok. Tanpa babibu, saya pun complain dan minta tukar, kalau minta duit katanya ga bisa, panjanglah alasan dia tuh."
Akhirnya ditukarlah kambing tersebut dan tahukah? Yang datang malah lebih kecil dari pada sebelumnya. Ya Allah... Karena suami sudah tidur, saya jadi bingung mau memutuskan apa. Ya sudahlah akhirnya diterima kambing yang sebelumnya. Bismillah saja, ini sama sekali di luar kehendak kita.
Subuhnya, Bapak tetangga depan rumah memberi info kalau ternyata si kambing giginya belum copot alias masih gigi susu dan ga sah untuk dikurbankan. Astaghfirullah. Saya sudah benar-benar ga habis pikir. Harusnya kalau panitia itu pasti tau dong syarat sahnya kurban, hewannya yang bagaimana dan hukum lainnya? Ya Allah Gusti drama apa lagi pikir saya ketika itu.
Setelah memberi tahu soal ini ke suami, suami bilang : aku ga mau ribut, apalagi itu tetangga, kalau tak aku bicara khawatir nanti keluar darah Palembang aku, takut bebala (berantem). Sudah gini aja, kalau misal dia mau tukar Alhamdulillah, kalau banyak berkelit dll, sudah sedekahin saja.
Meski awalnya ga terima dengan keputusan suami tapi memang betul mau gimana lagi. Allah tahulah niatnya. Saya pun tutup buku alias case closed tentang ini, ga complain, ga kontak, ga ngapa-ngapain. Saya hanya lapor ke ketua Masjid kalau kambingnya ga masuk syarat untuk dikurbankan. Tak lama ketua Masjid berduyun-duyun dengan Bapak jagal dan panitia lainnya untuk cek betul atau tidak jika gigi kambingnya belum copot alias belum cukup umur.
Kambingpun dicek dan betul adanya belum copot gigi gerahamnya.
Iya mba ini ga sah, tuker saja ya mba, dipending, besok masih bisa disembelih.
Ok Pak. Terus gimana bilang sama orang yang jualnya pak?
Itu tadi sudah kami kasih tau harus ganti, sebelum kami ke sini tadi.
Alhamdulillah, akhirnya. Siap Pak, makasihhanyak Pak yo..
Entah gimana ceritanya karena siangnya kami pergi ke rumah Mertua, si oknum tadi langsung hari itu juga menukar kambing tersebut. Dan katanya setelah dicek oleh Bapak-bapak panitia kambingnya sudah memenuhi syarat. Saya pun ditelpon minta persetujuan mau hari itu juga nyembelihnya.
Lajulah, Alhamdulillah kalau sudah ditukar.
Akhirnya Allah tetapkan untuk berkurban. Dari pengalaman yang kami rasakan ini bahwa lembaga tempat kita menyalurkan hewan kurban sebaiknya sudah proven dan dari tahun ke tahun amanah dari mulai muamalah dengan yang mau kurban, transparansi ada laporannya dan credibel serta manfaatnya bisa menjangkau luas hingga pelosok negeri.
Dan ketika saya telat melihat informasi di media sosial Dompet Dhuafa yang lewat, saya jadi menyesali. Kenapalah kami tak berkurban melalui Dompet Dhuafa saja karena sudah puluhan tahun terbukti amanah dan nilai manfaatnya bisa dirasakan merata hingga pelosok. Sampe Saya tuh bengong : andai waktu bisa terulang kembali. Kemudian dilihat dari harganya jauh lebih murah dibanding kambing yang dijual di pasaran.
Simbol Harapan Banyak Keluarga, Dompet Dhuafa Targetkan 35.000 Hewan Kurban ke Pelosok Negeri Hingga Palestina. Apa lagi ketika melihat headline tadi, menargetkan lho ya untuk kebermanfaatan sesama bukan hanya diambil untung sendiri. Kalau oknum yang tadi saya ceritakan jelas keterlaluan sih, memanfaatkan keadaan hanya untuk keuntungan dirinya semata. Dia tidak berpikir kebermanfaatan, padahal kurban adalah amalan agung di bulan agung pula, kok bisa-bisanya sampe hati mengakali orang yang mau ibadah.
Dan di DD, saya jadi melihat bahwa Kurban Sengaruh Itu lho buat banyak kemaslahatan. Saya coba preteli satu per satu ya :
1. Bagi Pekurban
Bagi yang kurban ia menjadi amal kebaikan yang melembutkan hati, sarana mendekatkan diri kepada Allah dan menjadikan Allah di tempat tertinggi di atas kecintaan pada apapun. Tentu secara fisik dia tak terjamah mata namun di hati ia begitu nyata terasa. Melatih sifat empati dan menyingkirkan ketamakan. Memang betul pernah ada yang mengatakan bahwa kalau untuk akhirat tak usahlah perhitungan, ga akan merugi melakukan transaksi dengan Allah langsung, masya Allah...
2. Penerima daging kurban
Bayangkan yang tak pernah mencicipi daging namun di momen ini, mereka bisa merayakan Idul Adha dengan gembira dan santapan daging yang istimewa. Ini sebuah kebahagiaan tersendiri lho, berbeda dengan yang hari-hari dengan mudahnya menyantap daging, tentu akan sangat biasa rasanya.
Dan faktanya yang jarang sekali menyantap hidangan daging adalah orang-orang pelosok atau bahkan daerah krisis kemanusiaan.
Oleh karena itulah, di momen hari raya Idul Adha ini menjadi hari yang ditunggu-tunggu pastinya. Membayangkannya saja mungkin mereka sampai menelan air ludah. Sengaruh itu kurban ketika didistribusikan di tempat yang tepat.
Iya jangan sampai hanya numpuk di kota tapi ada daerah pelosok yang tak terjamah. Dan Dompet Dhuafa dengan program THK (Tebar Hewan Kurban) memastikan pendistribusiannya tersebar merata hingga pelosok negeri terutama ke wilayah yang sering luput dari perhatian distribusi kurban konvensional. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa masyarakat terpencil juga bisa merasakan nikmatnya daging kurban yang jarang mereka konsumsi sehari-hari.
3. Peternak Lokal
Pengaruh kurban juga sangat dirasakan oleh peternak lokal yang kehidupannya ikut terangkat. Kurban menjadi jalan rezeki dan harapan bagi banyak keluarga di penjuru negeri. Bayangkan peternak itu punya anak yang sedang sekolah atau kuliah tentu menjadi modal bagi sang anak untuk meraih cita.
Tahun ini, Dompet Dhuafa menargetkan distribusi 35.000 setara domba/kambing ke 28 provinsi dan 105 kabupaten/kota, serta ke tiga negara yang mengalami krisis kemanusiaan seperti Palestina, Somalia, dan Myanmar. Distribusi dilakukan dalam bentuk daging segar, kaleng, dan frozen disesuaikan dengan kondisi infrastruktur masing-masing wilayah.
Dompet Dhuafa memberikan jaminan terhadap hewan kurban yang disalurkan melalui prinsip 4P, yaitu kepastian bahwa hewan yang dikurbankan Pasti Jantan, Pasti Lolos Quality Control, Pasti Distribusi Hingga Pelosok Negeri, serta Pasti Laporan Cepat. Prinsip ini menjadi bentuk komitmen Dompet Dhuafa dalam menjaga kepercayaan masyarakat dan memastikan bahwa setiap kurban yang dititipkan benar-benar memberikan manfaat secara menyeluruh.
Kalau begini sih ga ada lagi kejadian tipu-tipu seperti yang pernah kami alami. Pun kalau mau mengambil keuntungan sah-sah saja selama itu masih wajar dan tidak berlebihan. Dan memang sebaiknya orang yang mau kurban itu harusnya dibantu dan difasilitasi dengan baik seperti Program THK Dompet Dhuafa yang sudah berjalan semenjak tahun 1994, bukan malah dimanfaatkan. Ujungnya Pekurban kecewa, uangnya tak seberapa itu pun ga berkah, orangp asti kapok muamalah dengan oknum seperti itu.
No comments