@copy right : Shine Fikri. Powered by Blogger.

Cinta Ibu Dari Rahim Hingga Buaian




Kasih Ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Sudah tidak asing kan dengan lagu tersebut? Lagu karya SM Mochtar itu menggambarkan betapa luasnya samudera kasih sayang seorang ibu. Yang saking tak terhingganya digambarkan seperti sang surya, masya Allah... Banyak sejarah, legenda, cerita pengorbanan besar dari manusia bernama Ibu. Bahkan ada suatu kisah yang layak untuk dijadikan pelajaran.

Alkisah, diceritakan ada 2 orang Ibu yang mengaku memiliki anak yang sama. Berselisih tentang perebutan anak tersebut. Perselisihan itu mengundang banyak orang. Orang-orang berkumpul menyaksikan dan ikut bingung dalam ketidaktahuan “Siapakah gerangan Ibu dari anak tersebut? Tak lama datanglah seorang bijak. Diambilah bayinya. Jika kalian terus saja berselisih, maka izinkan kami membelah saja bayi ini untuk mengetahui siapa sebenarnya Ibu dari sang bayi. Atau biar adil, kita bagi dua.


“Ya, belah saja!” Kata Ibu satu. Namun berbeda dengan yang dilakukan oleh si Ibu pertama, Ibu kedua justru memohon untuk tidak melakukan apapun terhadap sang bayi. Malah, meng-ikhlaskan bayi tersebut untuk Ibu pertama.

“Jangan belah dia. Biarkanlah dia hidup, aku mohon. Maafkan aku, berikanlah bayi itu pada Ibu pertama.” Katanya dengan memelas...

Setelah berdiskusi, sang bijak pun mengumumkan.

“Jadi sekarang sudah jelas siapa Ibu sesungguhnya dari bayi ini! Ia adalah Ibu kedua. Karena Sang Ibu tidak akan pernah tega untuk menyakiti anaknya sendiri.”

Berangkat dari cerita tersebut, setuju kan dengan betapa besar kekuatan kasih sayang seorang Ibu melebihi apapun? Pengalamanku menjalani sebagai seorang Ibu di titik beratkan pada hal-hal berikut ini yang menjadikan aku semakin yakin seorang Ibulah yang selalu memiliki cinta dihatinya bahkan semenjak garis dua itu terlihat.

Mengandung  & Melahirkan 


Hamil Anak Pertama

Cerita kelahiran memang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Hidup dan mati dipertaruhkan. Tidak ada yang lebih sakit melebihi sakitnya melahirkan. Banyak penelitian untuk mengetahui seberapa sakit saat melahirkan. Sebagian Pria menganggap kita terlalu berlebihan ketika merintih kesakitan saat melahirkan. Semoga kisah nyata ini bisa membuka mata para Ayah. 2 orang pria asal Amerika melakukan uji coba menggunakan alat simulasi oleh Dokter ahli. Simulasi tersebut merangsang otot-otot untuk berkontraksi seperti sedang melahirkan. Dengan didampingi para istrinya, mereka diberikan elektroda pada perutnya. Dan tahukah berapa lama kedua pria tersebut bertahan? Hanya dua menit saja! Mereka yang awalnya congkak, berteriak-teriak kesakitan dengan wajah pias sembari meminta maaf pada istrinya. Haha... Sungguh pemandangan menggelikan jika itu terjadi pada suami saya.   

Berpayah-payah dahulu sebelum bahagia kemudian sepertinya sudah menjadi fitrah seorang Ibu. Mengandung 9 bulan penuh dengan drama mabok, ngidam, belum lagi begah saat perut mulai semakin besar, kaki bengkak, tidak bisa tidur tengkurap, sembelit, dan bentuk tubuh yang tak lagi sama. Tak berhenti sampai disana, proses melahirkan pun akan dilaluinya. Saya sendiri pengalaman pertama hamil, ngeri membayangkan proses kelahiran. Terus saja dag-dig-dug tak karuan, was-was pada apa yang belum terjadi.

Sesulit dan sesakit apapun saat melahirkan seorang Ibu tetap dapat tersenyum ketika melihat buah hatinya lahir ke dunia. Saya sendiri merasakan lamanya proses persalinan. Dari jam 4 sore, baru lahir jam 12 siang. Bayangkan dalam waktu 20 jam menahan kontraksi yang aduhai sakitnya tak terhingga. Kalaulah boleh disebut, seorang Ibu adalah pahlawan, yang sanggup menumpahkan darahnya sendiri untuk seorang anak tanpa ragu.

Melahirkan yang paling sakit adalah ketika melahirkan anak kedua. Bagaimanalah, asisten bidan tersebut tidak sabaran dan terus saja memarahi saya yang sedang kebingungan caranya mengejan. Saya pun stress karena mengejan bukan di perut melainkan di tenggorokan sehingga si bayi susah untuk cepat keluar. Sudah lama mengejan tidak keluar juga, saya memilih pasrah. Untunglah ada Ibu disamping saya yang menyemangati. Ibu menangis meminta tolong agar saya berusaha lagi, agar saya tidak menyerah. Didorong air mata dan dukungan Ibu, akhirnya saya semangat lagi dan berkonsentrasi penuh berupaya mengejan yang benar yaitu di perut. 

Bismillah, saya mulai mengejan dan lagi-lagi kedua asisten bidan tidak sabaran sehingga membuka alat vital saya agar terbuka lebar, menekan dengan kuat, sehingga saya melengking mengangkat pant*t. Arrrrgh, rasanya ingin teriak-teriak di wajah kedua asisten bidan yang masih single itu. Setelah usaha yang panjang, akhirnya si bayi keluar juga, plooong rasanya. Bidan pun menjahit organ vital saya, saya pasrah, tergolek tak berdaya seraya menatap takjub ciptaan Sang Pencipta yang baru saja keluar dari rahim saya. Ah, harunya. Namun bekas usilnya tangan asisten bidan yang tidak sabaran itu berdampak pada rasa nyeri dan pemulihan yang sangat lama.

Tips dari saya, ada baiknya sebelum melahirkan carilah Bidan yang rekomended atau rumah sakit yang support terhadap psikologis dan fisik Ibu. Bahkan kalau perlu para Ibu bisa memilih metode melahirkan yang kini sudah semakin banyak cara untuk meminimalisir rasa sakit. Ada gentle birth, water birth, dan metode lainnya. Pilihlah yang paling cocok sesuai keyakinan masing-masing, hehe...


Menyusui dan menyapih yang membutuhkan Energi

Somebody said it takes about six weeks to get back to normal after you’ve had a baby. Somebody doesn’t know that once you’re a mother, normal is history -unknown

Tak Gendol Kemanapun


Jika ada istilah postpartum syndrom yang dialami oleh para ibu pasca melahirkan, wajar , karena secara kondisi, perasaan, fisik, semuanya tak lagi normal seperti semula. Menjadi ibu sangat menguras energi, setuju? Butuh pengetahuan serta kewarasan tingkat tinggi agar terhindar dari syndrom-syndrom mengerikan yang bukan hanya ber-impact pada diri sendiri namun juga anak.

Menurut ahli psikologi Ibu merupakan pusat emosi. Ibu memiliki andil untuk berperan mendengarkan suami maupun anak. Hal tersebut, sewaktu-waktu bisa menjadi bom waktu, jika sang ibu tidak dapat mengendalikan diri dan emosi.

Kerepotan yang luar biasa sehingga para Ibu lupa bagaimana cara bernafas. Mungkin ini terdengar hiperbol, namun begitulah adanya. Sedang makan enak, si bayi pup, sedang tidur nyenyak, si bayi terbangun menangis minta ASI, sedang masak si bayi teriak minta gendong, sedang mandi si bayi gedor-gedor pintu bahkan pernah merobohkan pintu kamar mandi, sampai histeris saya saking kagetnya :D. Oleh karena itu support system dibutuhkan untuk menanggulangi stress. Dan terapi buat saya agar selalu terjaga dari kewarasan adalah melakukan segala sesuatu dengan hati lapang dan sebodo sama apa kata orang.

Setelah lahir, drama selanjutnya adalah pemberian ASI. Apalagi bagi ibu baru, menyusui adalah sesuatu hal yang ajaib. Bagaimana menjaga kondisi ASI tetap full disamping kesibukan mengurus bayi dan pekerjaan lainnya. Dari pola makan, pola tidur, pola asupan nutrisi yang senantiasa harus dijaga. Belum lagi, jika ASI tersendat, tidak keluar lancar, membutuhkan usaha lebih untuk memberikan yang terbaik bagi si kecil. Perubahan fisik pun sering kali dialami berupa payudara yang membengkak dan puting yang lecet. Disanalah kesabaran dipertaruhkan antara rasa sakit menyayat dan melihat anak lahap menyedot ASI. Dan saya bisa menebak hampir 99% Ibu lebih memilih menahan rasa sakit dan tetap tersenyum ketika anak tertidur lelap karena kenyang.

Alhamdulillah, pengalaman saya meng-ASI-hi, selalu lancar dan penuh. Tipsnya, saya selalu mempraktekan apa yang Ibu saya ajarkan. Seperti ilustrasi berikut.

Sumber : vitasi.net


Sebelum melahikan, ada baiknya memijat payudara, baik saat mandi atau mengoleskannya menggunakan minyak zaitun. Konsumsi sayur-sayuran hijau seperti katuk, bayam, kacang-kacangan dan biji-bijian juga dianjurkan. Selain itu supply and demand itu memang kerjanya ASI, semakin banyak dikeluarkan maka semakin banyak pula pasokannya. 

Sementara untuk menyapih, saya termasuk tipe kolot, yang menyapih dengan mengoleskan sesuatu rasa yang tidak anak sukai. Awalnya pasti butuh perjuangan, anak kedua saya contohnya, Ia tidak mempan ketika ASI diolesi pahit-pahitan atau pedas, justru ketika diolesi rasa asam dari jeruk, baru mau lepas ASI. Setiap kali meminta ASI, setiap itu pula saya bolak-balik ke kulkas untuk mengoleskan jeruk kalamonde. Dengan tetap sih pada akhirnya menggunakan metode WWL  (Weaning With Love) juga, yaitu menjelaskan secara bertahap dan terus menerus alasan anak harus stop menyusu.

Hari-hari menyapih dilalui dengan lembur semalaman dan air mata. Kasihan melihat anak seperti orang linglung, rewel tak berkesudahan dan rengekan meminta mimik susu. Membutuhkan waktu 1-2 minggu hingga anak lulus disapih. Drama menyapih pun berakhir dengan happy ending. Puting Ibu sudah bisa bebas dari cengkraman gigitan tajamnya gigi anak. :D

Memberikan Pendidikan Terbaik Untuk Anak

Bermain Peran

 

Siapa yang sering kali bertanduk ketika mengajari anak? Atau berubah menjadi monster saat anak tak mudeng-mudeng dengan apa yang kita ajarkan? Saya sendiri mengacung untuk hal ini, haha... Sebelum mengenali ilmu pendidikan anak, saya sering-sering exhell-inhell untuk urusan satu ini. Dan sering tidak menyadari urusan pendidikan anak bukan hal yang simsalabim, semudah membalikan tangan.  Dari ketidak pahaman itulah, saya terus belajar.  

Anak adalah kertas kosong, mengisi dan mewarnainya tentu membutuhkan analisa yang mendalam tentang bakat, tentang hobi yang ia miliki. Alih-alih ingin menjadikan anak generasi cemerlang, anak malah merasa tertekan dengan pendidikan yang kita berikan. Semakin di push biasanya anak akan semakin membangkang. Duh, jangan sampai deh. Untuk itu dibutuhkan effort besar memilah metode pendidikan mana yang pas untuk si anak.

Anak auditori dan atau kinestetik pasti susah dijejali yang sifatnya teori. Begitupun anak visual. Untuk itu mengenali kecerdasan si anak adalah tugas berat sebagai Ibu yang mencintai anak-anaknya. Ya karena ibu yang penuh kasih-sayang akan melakukan apa saja yang ia miliki agar anaknya tumbuh dan berkembang sesuai bakat yang dimiliki.
Ada setidaknya 8 kecerdasan dasar yang harus kita ketahui sebagai seorang Ibu, diantaranya :
  • kecerdasan linguistik (word smart), 
  • kecerdasan logika-matematika (number smart), 
  • kecerdasan visual spasial (picture smart), dan 
  • kecerdasan kinestetik (body smart). 
  • kecerdasan interpersonal (people smart), 
  • kecerdasan intrapersonal (self smart) dan 
  • kecerdasan naturalis (nature smart)
Perhatikan pula ESQ (Emotional Spiritual Quotient)-nya yaitu kecerdasan emosional dan ruhani, dengan tidak melupakan teladan contoh nyata yang terdekat dan hubungan pada Pencipta-Nya.

Dari stimulasi yang kita lakukan sehari-hari, maka dengan mudah kita membentuk anak sesuai bawaan dasarnya. Bagaimana mengetahuinya? Simple, kita kan Ibunya. Sesuaikan saja teori dengan apa yang terjadi di lapangan. Kuncinya satu yaitu sabar, maka metode apapun (positif) yang diterapkan pada anak selama sabar dan penuh kasih sayang anak akan menangkap pesan yang disampaikan. Jangan salah lho, bahkan anak lebih pintar dari yang kita bayangkan. Stok sabar yang banyak, yuk!

Menjaga Bonding Dengan Anak

Kira-kira Dia ngerti ga ya? :D

Bermain adalah salah satu yang membuat kedekatan antara saya dan anak tak berjarak. Memposisikan diri sama seperti mereka agar permainan semakin seru dan interaktif. Baik Ibu bekerja maupun fulltime mom meluangkan waktu untuk anak butuh fokus tersendiri. Tujuannya agar hak anak terpenuhi, merasa diperhatikan dan merasakan hadirnya kasih sayang Ibu. 

Setiap hari saya memiliki fokus pada anak dari pagi hingga malam. Saya mengerjakan tugas rumah tangga saat anak anteng main sendiri dan tidur. Sebisa mungkin, ketika anak tidur apa yang menjadi tugas dan pekerjaan saya selesai. So saat anak bangun, Mereka tidak menyaksikan kalau Ibunya hanya sibuk dengan smartphone dan laptop. 

Saat malam tiba, waktunya bercerita. Cerita yang diberikan bisa dari buku, mengarang sendiri (disesuaikan dengan kondisi anak) atau cerita-cerita zaman dahulu yang saya ingat. Anak-anak sangat antusias dan nagih untuk cerita lainnya. Awalnya sih saya sempat merasa gagal karena mereka tidak fokus pada apa yang saya sampaikan. Bete dong ya dicuekin? Lalu saya pun mencari cara agar cerita saya menarik. Dan kini saya telah menemukan caranya, yaitu dengan bersuara lantang yang bunyi suaranya disesuaikan dengan setiap tokoh yang diceritakan. Alhamdulillah, berhasil!

Mau se-kapal pecah berantakannya rumah oleh mainan yang berserakan, saya tidak pernah masalah, yang penting anak bahagia, dengan harapan kelak ketika dewasa mereka tidak merasakan "masa kecil kurang bahagia". Setelah anak mengerti arti tanggung jawab, saya mulai memberikan pemahaman "sudah main dibereskan ya pada tempatnya".

Dari permainan atau cerita tersebut sering kali saya menemukan surprise seperti anak tiba-tiba bilang : "Janganlah kau marah maka bagimu surga." Ketika saya hendak bertanduk. Atau menasehati : "Umi harus bersyukur, makan apa aja yang ada." Ketika saya rebutan donut rasa cokelat dengan adiknya. Banyak hal-hal lucu yang membuat saya tertegun. Dari hal sederhana saja anak dapat meresapi makna kehidupan.

Selain itu mendengarkan anak untuk bercerita bisa membangkitkan rasa percaya dirinya. Bagaimana sih perasaan kita jika kita didengar? Happy kan? Begitu pula anak, mendengarkan dengan penuh cinta membuat anak respek dan merasa dihargai.

Dan aji mumpung ni, anak masih kecil, masih mau dipeluk cium, sebisa mungkin, saya sehari bisa sampai 5 kali peluk anak dengan waktu 20 detik per pelukan. Begitupun dengan menciumnya. Mau itu anak wangi, bau iler, bau asem, bagi saya mencium aromanya terasa begitu nikmat. Begitulah cinta bekerja, bukan? hehe...

Mengurus Anak Sakit


Kesedihan terbesar bagi seorang Ibu adalah saat anaknya sakit. Melihat anak lemas, demam, tidak ceria seperti biasanya membuat lemas sekujur badan. Seringkali membatin ketika anak sakit “Andai sakit mu bisa digantikan oleh umi, nak.” Namun berandai pun bukanlah solusi menangani anak sakit. Karena jika dibiarkan dan Ibu tidak gerak cepat akibatnya akan fatal. Apalagi jika sudah sampai mengigau ketika tidur, duh.

Alhamdulillah sejauh ini, anak-anak jarang sekali sakit. Terserang demam itu pun karena kecapean. Karena demam merupakan imunitas yang sedang bekerja melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya saya melakukan pertolongan pertama untuk demam anak, dengan cara mengenakan pakaian tipis, bonding skin to skin (saya dan anak berpelukan), memberikan Tempra Syrup untuk anak demam jika suhu tubuhnya sudah mencapai
38,5o – 390 Celcilus. Dan thing we must have adalah thermometer. Dengan itu kita bisa mengetahui suhu tubuh si anak. Jika 2x24 jam demam anak tidak juga turun segera periksanakan pada dokter.

Alasan saya selalu stok Tempra di rumah adalah komposisi yang ada di kandungnya, setiap 5  ml Tempra Syrup mengandung 160 mg paracetamol yang aman untuk dikonsumsi anak.  Paracetamol bekerja sebagai antipiretika pada pusat pengaturan suhu di otak dan analgetika dengan meningkatkan ambang rasa sakit. Selain itu, aman di lambung dan dosisnya tepat yaitu tidak menimbulkan over dosis atau kurang dosis. 

Cara penggunaannya pun mudah, tidak perlu dikocok, karena larut 100% dan terdapat gelas takar dengan dosis yang tepat di dalam kemasan. Tinggal tuang disesuaikan dosis usia anak. Suapi deh, beres. Ada 3 varian Tempra yaitu Tempra Drops  untuk anak usia di bawah satu tahun dengan rasa anggur, Tempra Syrup untuk anak usia 1-6 tahun rasa anggur dan Tempra Forte untuk anak usia 6-12 tahun dengan rasa jeruk. Anak saya sendiri usia 2 dan 4 tahun, jadi saya sedia Tempra Syrup untuk usia 1-6 tahun. 

Varian rasanya pun sesuai dengan kesukaan anak yaitu anggur. Enaaak, katanya. Karena suka dengan rasanya, memberikan obat pun semudah memberikan permen, no more drama. Sampai-sampai ketika saya melarang mereka untuk tidak hujan-hujanan, anak saya nyeletuk : "Kan ada Tempra Syrup yang rasa anggur itu lho, Mi, kalau demam", katanya ngeles, haha.. 

Alhamdulillah tidak sampai 2 hari, demam anak pun turun, cocok. Dan Ibu mana sih yang tidak bahagia  melihat anak kembali ceria. 💕


Dari semua peran yang Ibu lakukan, pasti selalu ada  sentuhan cinta di hatinya.
Karena cintanya tak terbatas ruang dan waktu. Unconditional Love till the moon and back.

 Bahagia ~Buah Dari Cinta


Note : Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.


12 comments

  1. Wah ilmu baru nih tentang vitasi biar asi lancar. Elus2 perut biar besok pas lahiran, asiku juga lancar kayak kamu mbaaak. Btw, di rumah juga nyetok tempra. Gatau kenapa anak2 cocok banget kalo panas melanda

    ReplyDelete
  2. Ya ampun, mba Shine lama juga proses melahirkannya ya mba. Kasih ibu memang tak terbalas oleh apapun ya. Dan sedih jika ada orangtua yang tega melukai anaknya sendiri

    ReplyDelete
  3. Aduh aku jadi terharu baca artikel ini. Perjalanan karir seorang ibu sepanjang hidup ya, tidak ada kontrak. Kehadiran ibu saat anak sakit memang dibutuhkan. Pelukan dan ciuman obat tak bersyarat bagi mereka.

    ReplyDelete
  4. Kasih ibu itu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Pas udah jadi ibu baru kerasa, harus berbakti sama ibu. Ya alloh kadang aku lelah bgt di rumah sampe sakit2an, semua demi anak dan keluarga

    *curhat*

    ReplyDelete
  5. Aiiiih mbak Shine keren banget ceritanya nih �� ya betul..para lelaki itu dites ga bakalan sekuat ibu melahirkan. Percaya deh. Kota bersyujur banget ya mbak diciptakan Allah menjadi makhlus manis yg bertenaga super dan jiwa yg kuat juga. Sekuat2nya ibu pasti ga tega lihat anaknya sakit apalagi kalau deman..eh panas sekali jadinya. Toss dong .. anak2ku juga kukasih tempra pas lg panas. Anakku suka rasa anggur ��

    ReplyDelete
  6. Duh kalau baca yang begini mengharu biru. Banyak uangkapan buat ibu ya. Nggak ada akhirnya kasih ibu itu...

    ReplyDelete
  7. Sering memang asisten bidan atau bidannya sendiri gak sabar membantu melahirkan. Jadi bikin trauma.

    ReplyDelete
  8. Iiih siapa tuh pria yg bilang sakit kita berlebihan? Mungkin dia nggak dampingi istrinya lahiran kali ya.

    Btw, baca cerita melahirkan mba shine jadi geregetan deh sama asisten bidannya. Masih gadis kali ya, mba.

    Duuh suka geram kalau ada yg menyepelekan seorang wanita melahirkan.

    ReplyDelete
  9. kasih ibu memang sepanjang hayat, ketika anak sakit panas biasa membuat bunda jadi was-was, sudah sepatutnya anak diberi obat yang terbaik

    ReplyDelete
  10. Xixixi aku pun suka jadi "momster" kalau dah capek banget. Paling banter aku biasanya mengunci diri di toilet hahha :P

    Iya kalau anak sakit kitanya suka sedih ya, padahal kalau aktif ya suka senewen, tapi pas mereka sakit malah ngarep mereka aktif kyk biasanya hiks.
    Moga anak2 sehat terus ya mbaaakk :D

    ReplyDelete
  11. Kasih yg abadi adalah kasih seorang ibu. Tanpa pamrih, tulus dan penuh maaf. Seorang ibu akan rela menukar nyawanya dg nyawa buah hatinya (jika saja bisa) dan ibulah yg paling senewen jika buah hatinya sakit.

    ReplyDelete
  12. Makasihh sharingnya momss... sangat bermanfaat untuk saya yang masih bayi anaknya.. hehhe

    ReplyDelete