@copy right : Shine Fikri. Powered by Blogger.

Menjadi Orangtua Gen Alpha

Orangtua Gen Alpha


Bismillah...

Hai bun, apa sih yg membuat kita orangtua ada jeda dengan anak? MALAS! Iya bener malas bun, malas ngajak anak main, malas ajak anak belajar, malas mendidik anak dan malas lainnya yg diakibatkan oleh biang kerok ulung bernama HP! Lho kok HP jadi kambing hitam, hihi begitulah manusia kalau udah liat HP lupa kalau anak udah 6 🤣. Dan untuk mengerti tentang tumbuh kembangnya kita malas untuk belajar.


Yup,
Menjadi orangtua adalah menjadi pembelajar sepanjang masa. Kadang untuk mengerti diri sendiri saja butuh effort terlebih di masa sulit seperti haid (khusus wanita), apatah lagi memahami anak-anak yg tiap fasenya mengalami perubahan. Baik perubahan fisik, karakter, mental dll... 

Teringat sebuah pesan Ali Bin Abu Thalib yg mengatakan :


Didiklah anak sesuai dengan zamannya karena mereka hidup pada zamannya bukan pada zamanmu. 

Ya zaman kita dengan mereka sangat amat jauh berbeda. Aku yg masuk generasi milenial, dikaruniai anak kelahiran 2013 dan seterusnya yg masuk dalam Gen Alpha.

Apa itu Gen Alpha? 

Generasi Alpha adalah kelompok individu yang lahir antara tahun 2010 hingga 2025 dan dikenal sebagai “generasi digital” karena kedekatan mereka dengan teknologi sejak lahir.
Generasi ini memiliki potensi besar untuk sukses di industri digital dengan pengaruh yang signifikan terhadap inovasi dan dinamika global
.

Untuk menjadi sahabatnya tentu saja frekuensi harus disamakan terlebih dahulu. Untuk melek teknologi dan apa yg mereka sedang minati itu penting dan kita sebagai orangtua perlu menguliknya. Sehingga ketika mereka ajak ngobrol akan nyambung dan ga ada gap, layaknya sahabat...

7tahun pertama perlakukan anak sebagai raja
7tahun kedua perlakuan anak sebagai tawanan
7tahun ketiga perlakukan anak sebagai sahabat.
Sudah saatnya saya menjadi sahabatnya kini, karena anak saya yg pertama menginjak usia pra baligh. 

Dan ini beberapa langkah yang saya terapkan untuk menjadi Orangtua sekaligus Sahabat bagi Gen Alpha :

We Listen and We Don't Judge

1. We Listen and We don't judge. 

Adalah langkah awal agar anak mau betah berlama-lama cerita dengan orangtua dan menganggap orangtua adalah tempat ternyaman untuk bercerita. Sehingga tidak ada lagi Gap antara anak dan orangtua yg saling sungkan satu sama lain. Bayangkan ya jika belum apa2 dan anak melakukan kesalahan langsung kita judge begini begitu, anak pun akan kapok untuk cerita lagi kepada kita. Ih, punya ortu malesin banget sih, bukannya dengerin dulu, udah main hakim dan label aja. Itulah mengapa saya selalu berdoa dan upayakan agar anak-anak ketika mengalami hari sepedih apapun, tempat mereka pulang adalah kami orangtuanya.

 
Pernah Fathan di bully temannya, maka dengan anak bercerita, kita tahu harus mendidik seperti apa. Setelah diarahkan Alhamdulillah, ga ada lagi yg berani bully. 

The power of laki-laki harus tetap cerita. Karena dengan cerita akan tumbuh keakraban dan rasa saling terikat satu sama lain. Ya betul, alat komunikasi anugerah terbesar dari Allah adalah bercerita, ngobrol, berdialog sehingga paham satu sama lain. 

2. Sertai larangan dengan alasan

Dr. Aisah Dahlan seorang pakar psikolog pernah berkata :
Untuk melarang anak perempuan caranya dengan : puji - berikan alasan - larang
Sementara anak laki-laki : larang - berikan alasan. 

Hal ini tentu sesuai dengan otak anak dan fitrah yang dimilikinya. 
Banyak melarang anak tanpa anak tahu alasannya  bisa menjadikan anak bingung dengan apa yg diperbuatnya. Karena anak-anak belum mengerti dengan abu-abu melainkan hitam - putih, tingkatan ini berlaku hingga anak usia pra baligh/remaja. Beda halnya jika anak sudah baligh, akalnya juga pasti berjalan, dia cendrung menggunakan logikanya ketika menghadapi masalah.

 

3. Caring. Berikan perhatian lebih

Perhatian-perhatian kecil jika dilakukan secara rutin akan membawa pada kebiasaan yg membuat bonding semakin terjalin. Misal ketika pulang sekolah, tanyalah perasaannya hari ini, ada hal yg menyenangkan atau tidak saat  di sekolah. Dengan begitu orangtua juga akan semakin mengenal bagaimana lingkungan anak kita sehari-hari di sekolah.

Efek ketika orangtua peduli terhadap anak adalah anak bisa berempati dan bersimpati dengan baik dibanding anak yg sering dicuekin. 
 

4. Pahami bahasa cinta anak

Menyadur dari teori Chapman, Love language adalah bahasa gaul yang semakin populer dalam diskusi tentang relationship. Namun, konsep ini berasal dari penelitian psikologi.

Tahun 1992, Dr. Gary Chapman, seorang konselor pernikahan, memperkenalkan konsep 5 Love Languages dalam bukunya The Five Love Languages: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate. Jadi setiap individu memiliki bahasa cinta yg dominan dibanding bahasa cinta lainnya. Berangkat dari sana, individu itu ingin diperlakukan. Ketika mendapatkannya hati akan membuncah dan tenang. Dalam teori ini juga ada yang namanya barometer bernama tanki cinta yaitu dimana seseorang yang kekurangan bahasa cintanya maka tanki cintanya akan berkurang seperti layaknya batre atau bensin. Ia perlu dicharge dan diisi dengan bahasa cinta yang dimilikinya. 

Ini dia bahasa cinta yg populer kita kenal belakangan ini :

  • Word of affirmation (Kata-kata penegasan) 

Biasanya anak yang bahasa cintanya word affirmation ia akan senang bila diberi pujian. Jika tanki cintanya kosong maka signal-nya adalah dengan cara ia suka berteriak. 

Dan jangan sekali-kali berjanji dengan yang tak bisa kita penuhi. Karena ia akan sangat kecewa dan potek hatinya, sulit sekali anak percaya, tsaaah. 

  • Quality Time (Waktu Berkualitas)

Anak yang suka sekali dengan kumpul-kumpul, jalan bersama meskipun ga lama, sudah bisa dipastikan bahasa cintanya Quality Time. Jadi, Aybun yang memiliki anak dengan bahasa cinta QT, sebisa mungkin sempatkan waktu untuk berduaan bersamanya. Ga perlu jalan-jalan juga sih yang penting ada agenda bersama seperti nonton bareng, main bareng, dibacakan buku, dengan begitu ia akan sangat merasa dimengerti. 

  • Receiving Gifts (Menerima Hadiah)

Untuk mengenali bahasa cinta yang satu ini cukup dengan mengawalinya ketika tanki cintanya kosong yaitu anak akan sangat pelit mericit, egois, mau menang sendiri tandanya anak butuh untuk diberi surprise hadiah-hadiah, kado ga perlu mahal yang penting spesial dari kita sebagai orangtua yang pastinya tahu apa yang mereka sukai. 


  • Acts of Service (Tindakan Melayani)

Sering ga sih liat anak yang capernya naudzubillah wkwkwk. Rasanya pengen ngulek ya, tapi ya itu tadi kalau sudah tahu teori kita jadi lebih mudah mengendalikan diri. Iya anak yang bahasa cintanya act of service sering kali manja, agresif dan cenderung kasar ketika tanki cintanya kosong. Isi dengan buatkan makanannya, Pakaikan bajunya, buatkan susu atau lakukan hal kecil dari orangtua sehingga ia merasa dilayani. 


  • Physical Touch (Sentuhan Fisik)

Jika ada anak yang mencubit dan membenturkan kepalanya biasanya tanki cinta Physical touch nya lagi kosong melompong. Ngeri ya kalau ada sampe membenturkan kepala, naudzubillah jangan sampe ada deh di anak-anak kita. 

Intinya kalau anaknya sukanya mepet mulu, nempel dan peluk-peluk kita orangtuanya, bahasa cintanya adalah Physical touch. 

Sering-sering memeluknya akan meningkatkan hormon oksitosin yaitu hormon kebahagiaan sehingga anak menjadi tentram dan tenang karena merasa disayang. 

Sentuhan adalah kunci untuk anak-anak dengan bahasa cinta Physical touch. Orangtua dapat melakukannya seperti ketika anak hendak berangkat sekolah, peluk, elus sembari mendoakan dan mengecup kepalanya. Seringlah juga menggandeng tangan, merangkul bahu dan mencium pipi anak apatah lagi ketika ia melakukan kebaikan dan membutuhkan kita saat ia down. 

5. Terlibat dalam kegiatan anak

Memiliki anak gen Alpha yg ketika brojol langsung melek teknologi, tentu sangat merasa diuntungkan karena dunia ini berjalan dengan segala perangkat teknologi. Namun, tantangan besar juga muncul, seperti risiko kesehatan mental akibat tekanan untuk selalu progresif serta kecenderungan kecanduan gadget.
Langkah-langkah seperti membatasi penggunaan gadget, meningkatkan komunikasi, dan melibatkan anak dalam kegiatan sosial serta luar ruangan dapat membantu mereka tumbuh secara seimbang di era digital ini.


Hal ini pun sudah dilakukan dari semenjak anak pertama kecil dulu. Yaitu membatasi penggunaan gadget. Sampa pada titik anak ingin tahu tentang game itu apa. Berangkat dari sanalah, saya mulai menyeleksi game yg masih worth it untuk dimainkan anak ketika gadget time tiba, itupun saya batasi penggunaannya 1 jam untuk main game. Kalau screen time boleh lebih dari itu dan saya batasi 2-3jam. Selebihnya anak-anak main di luar seperti layangan, main dengan ortunya game2 yg kayak tepuk2 tangan dengan lagu kotak pos dll..
Dan setelah saya mencari game yg masih oke dimainkan anak, ga ada yg aneh-aneh dan macem-macem ketemulah dengan situs game Culinary School entah kenapa namanya sekolah kuliner ya, cuma setelah kita tiba di webnya kita akan merasa relate karena game-nya berbau makanan semua rata-rata.

Dan bukan hanya itu webnya juga mendukung untuk info terkait menjadi koki saat ini, termasuk tipe koki, prospek karier koki, pasar kerja kuliner, dan gaji yang diharapkan. Ini sih cocok banget dengan Nafisa yang lagi pengen banget jadi koki. 

Situsnya pun membantu mempromosikan seni kuliner dengan menerbitkan banyak permainan bertema makanan yang menyenangkan dan interaktif. 

Berikut beberapa Game yg menurut kami seru untuk dimainkan bersama atau saling bergantian. Ya jangankan anak-anak ya, saya aja yg udah segede ini anteng wkwkwk... 

Here we go...

  •  Memory Match
Fruits Game

Game ini lebih ke mencocokkan gambar buah-buahan yang sama. Sebelumnya kita dikasih waktu beberapa detik untuk mengingat urutan buah-buahannya, selanjutnya kotak akan tertutup dan giliran memory kita yg diuji, ekekek.. Kita juga diberi waktu 60 detik untuk menyelesaikannya, meskipun kita terus menerus betul tapi lambat, ya mohon maaf tetep welcome to be loser. Permainan ini mengingatkan ku ke game Memory Match-nya Clash Of Champions, ngiahaha berasa jenius beud :D.

Jadi saya tanding dengan Fathan skor-nya 3-0 karena berkali-kali Fathan kurang cepet wkwkwk...
  •  Watermelon Game
Watermelon Game

Ini sih gong dari semua games yang ada di Culinary School. Menurut aku lho ya, karena subjektif syekali. Pas mainin tuh kayak naik rollercoaster, meskipun ga ngapa-ngapain cuma nurun-nuruin buah-buahan yang cocok tapi tetep feel-nya adrenalin terpacu 🤣 maklum kali ya emak-emak jarang main game. Sekalinya main kok seru kali bah. Apalagi saat buah yang sama bertemu lalu ding berubah jadi buah yang lebih besar. Satisfying banget sih asli. Ga ada bosennya main ini. Bisa lupa waktu wes kalau udah mainin game satu ini. Makanya harus ada yg selingi. Untungnya kami main gantian, ya lumayanlah ya scor saya tetep lebih tinggi dari pada krucil meskipun bedanya tipis. 
  •  Tiles of Japan
Tiles of japan


Kalau ini jujur sih menenangkan di sound-nya karena videonya jadi terasa kayak lagi di pegunungan Fuji. Meskipun belum pernah tapi kayak ngerasa aja pernah ke sana wkwk halu, gpp suatu waktu insya Allah bisa ke Jepang ya aamiin. 

Kalau game-nya ya kayak mahjong gitu lho, nyusun 3 benda yg sama di kotak yg sudah disediakan. Dan benda yang disusunnya tebak kalian tahu apa? Adalaaah Sushi, nyamnyam... Ternyata Sushi banyak juga ya macam dan toppingnya. Jadi beneran ngiler ini sih wkwkwk... 

Permainannya bagi krucil mungkin seru kali ya, tapi menurutku agak B aja, ceileee... Ya gimana ya mungkin fase emak-emak beda level kali ya.. Tapi anak-anak ku sukaaa terlebih yg disusun adalah tumpukan-tumpukan Sushi yang begitu menggoda. Yes, anakku suka sekali dengan Sushi dan ramen. Ah, jadi ngiler, lagi puasa woiii 😜

Approve sih semua games yang ada di culinary school. Aman untuk anak. Semua kategori ada dari mulai yang santai-santai, melatih otak hingga yang sport gitu, ada juga games yang kayak Mario Bros, lupa lagi nama gamesnya, ga sempet di screenshot, itu aku kalah mulu, game over mulu, wkwkwk auk dah ngapa.. Kayaknya butuh latihan jari lagi sih 😁

Well, Apapun permainannya, gamesnya, selama itu tidak terlarang dan dimainkan bersama orangtua, pasti anak akan merasa happy sehingga tanki cintanya anak tumpeh-tumpeh... Selain itu juga orangtua bisa memastikan kalau games yang dimainkan anak 100% aman dan ga bikin anak jadi kecanduan karena ada ketentuan waktu yang dibatasi. 

So, yuk Bunda dan Ayah ajak anaknya bermain bersama. Bukan sekedar jadi wasit ya melainkan betul-betul terlibat ikut bermain bersama anak. 


No comments