@copy right : Shine Fikri. Powered by Blogger.

Belajar Dari Ibrahim

Bismillah...

Belajar dari Ibrahim
Belajar takwa kepada Allah..
Belajar dari Ibrahim
Belajar untuk mencintai Allah…
(Snada - Belajar Dari Ibrahim)

Pasti ingat dunk ya sama lagu nasyid di atas? Siapa sih umat muslim yang ga kenal dengan sosok bapak Anbiya tersebut? Terkenal seantero jagad bahwa Ia lah yang memiliki tauladan keTAUHIDAN yang lurus, yang ikhlas serta tulus. Bayangkan saja, ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, tanpa ragu Ia menjalankan perintah Allah tersebut, secara logika dan rasa, hanya orang gila yang mau melakukan hal tersebut, masa sih anak sendiri mau disembelih? Namun, dengan TAUHID yang telah melampaui batas nalar logika manusia, Ia ikhlas dan tulus melaksanakan perintah-Nya. Dan, miracle, kekuasan Allah berperan, menggantikan Ismail dengan binatang ternak, subhanallah... Inilah bukti TAUHID lurus yang dikerjakan dengan (lagi-lagi) ikhlas dan tulus. Salam Takjub!

Mendengar kata Ikhlas dan tulus, bukankah sering kita mengucapkannya tapi lantas membantah ucapan kita sendiri dengan perbuatan yang tanpa sadar kita telah melenceng dari dua kaidah tersebut. Sementara Ikhlas merupakan ruh dari segala aktivitas ibadah. Tanpa ikhlas, ibadah kita gugur, tanpa ikhlas kita beribadah seolah rutinitas saja. Hanya sekedar kewajiban saja, begitu? Tanpa mengindahkan rasa ikhlas sebagai sebuah dampak untuk kepribadian kita? Poin dari sholat tentu Mencegah dari hal keji dan munkar, namun ketika justru pribadi yang terlihat sering sholat namun masih melakukan perbuatan keji dan munkar? Pertanyaannya, kok bisa? Ya bisalah, karena mungkin belum lurus dalam niatnya, makannya itulah guna muhasabah, terlebih untuk diri kita. Cek lagi, apakah ibadah kita sudah ikhlas? sudah benar sesuai tuntunan syariat? Karena jangankan yang tidak sholat, yang rajin sholatnya saja bisa masuk neraka. 

Tentu kita hidup bukan untuk mengejar surga dan meniadakan neraka bukan? Ibadah kita memang hanya untuk Allah semata? Namun, lagi-lagi, ayo kita perbaiki niat, luruskan hati kita untuk Allah yang satu!
Nah, jangan lupa juga bahwa niat tersebut bergantung pada akidah dan nilai yang diyakini. Seberapa besar keyakinan kita, seberapa besar ketauhidan kita, itulah yang akan menjadi trigger atau jembatan menuju rasa bernama IKHLAS tersebut.

Dan pengentahuan, pengalaman, pemahaman adalah sebagai sarana memantapkan niat kita, niat secara komplit, full teng. Setiap hari dalam sholat kita sering berikrarkan? Inna sholati wa nusuki wamah yaya wamamati lillahi rabbil 'alamiin (Sholatku, ibadahku dan matiku hanya untuk Allah). Lagi-lagi, hendaknya ikrar tersebut diucapkan dengan hati yang tulus :)

Dalam sebuah kajian, unsur yang perlu diperhatikan oleh Muslim yaitu sebagai berikut :
  1. Hendaknya dalam diri seorang mukmin harus lahir konsisten dan integral (keseriusan antara yang di dalam hati dan yang tampak)
  2. Hendaknya ia menganggap sama antara pujian manusia dan celaan mereka.
  3. Tidak memandang amal ikhlasnya seperti ujub, takabur dan mengagumi diri sendiri. Nabi Ayub AS berkata : "Selagi mereka menganggap sudah ikhlas berarti masih memperlukan ikhlas itu sendiri."
  4. Tidak merasa aman dengan amalnya
  5. Khawatir akan masuknya riya dan hawa nafsu kedalam jiwa, sementara dia tidak merasakannya.
Imam Ghazali dalam Ikhya Ulumudin mengatakan :
"Orang-orang yang berilmu pasti anak binasa kecuali orang yang aktif beramal. Semua orang beramal akan binasa kecuali yang IKHLAS."

Subhanallah... betapa ikhlas itu sangat sulit didapat ya? Padahal, semenjak kita kecil sudah tahu makna ikhlas itu seperti apa. Yupz, karena ikhlas itu ada di dalam sini, dalam hati kita masing-masing. Layaknya sifat hati sering berubah-ubah. Maka hal yang harus kita lakukan adalah memantapkan diri dengan ilmu dan amal tentang keTAUHIDAN dan tentu saja berdo'a pada yang membolak-balikan hati kita agar kita diluruskan niatnya dalam beribadah dan beramal. Ya Muqalibal Qulub, tsabit Qalbi 'ala dinnika wa tha'atik (Wahai yang membolak-bolakkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu dan ketaqwaan kepada-Mu.)

Sering kita merasa taqwa
Tanpa sadar terjebak rasa
Dengan sengaja mencuri-curi
Diam-diam ingkar hati

Pada Allah mengaku cinta

Walau pada kenyataannya
Pada harta, pada dunia
Tunduk seraya menghamba

Belajar dari Ibrahim
Belajar taqwa kepada Allah
Belajar dari Ibrahim
Belajar untuk mencintai Allah

Malu pada Bapak para Anbiya

Patuh dan taat pada Allah semata
Tanpa pernah mengumbar kata-kata
Jalankan perintah tiada banyak bicara
(Snada - Belajar dari Ibrahim)
Selamat Idul Adha, kawans... Semoga tauladan dari Nabi Ibrahim dapat kita aplikasikan dalam bentuk nyata ibadah seharian kita! Mari berusaha menjadi pribadi yang tulus :)

Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Laa Ilaha Illahu Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Walillahilham...

6 comments

  1. met idul adha ya...bawain sate embek nih. hehee

    ReplyDelete
  2. met idul adha. :)
    subhanallah ya!! kalo itu smua terjadi jaman skrg. mungkinkah ada yg merlekan anaknya seperti itu??

    ReplyDelete
  3. Met idul adha...
    Dapat peljaran baru... :D

    ReplyDelete
  4. @mba fanny : ini mbaaa, sate embeknya aku bikin shop, mau2??? :P

    @mba thya : yupz, hanya orang2 pilihanlah yg dapt dengan ikhlas merelakannya :)

    @mas ahong : Alhamdulillah klo gitu :)

    ReplyDelete
  5. masyaAllah...

    shine :) taqabbalallahu minna wa minkum

    ReplyDelete