@copy right : Shine Fikri. Powered by Blogger.

Alangkah Lucunya Negeri Ini

Alangkah lucunya negeri ini

Pasti sudah tak asing lagi dengan judul postingan di atas kan? Yupz, benar sekali. Karena judul tersebut adalah sebuah judul film yang sudah lama nongol di bioskop. Dan baru ku tonton semalam. Duh, kemana aja jueng? Biasa ngurusin kuliah biar cepet meried, lho? Ahahaha… ga lha yaaa… :P

Lucu! Memang benar-benar lucu. Keironisan yang terjadi yang digambarkan oleh film ini tentang sebuah negeri bernama Indonesia. Tidakkah hatimu terenyuh ketika ku sebutkan nama itu?


Muluk seorang sarjana lulusan manajemen ekonomi mencari kerja di kota Jakarta. Dihadapkan dengan kenyataan seorang pencopet yang begitu mudah menikmati hasil copetannya dengan tanpa beban sekalipun. 

Komet – si pencopet ulung, adegan the first time Muluk meet Komet.

“Heh, lu nyindir gue ya? Gue capek-capek cari kerja, sedangkan lu seenaknya nyopet begitu aja.”

“Ampun bang… ampun…” Komet ketakutan.

“Lu kan bisa dengan cara halal, meminta-minta, jangan seperti ini dunk! Seenaknya saja ngambil hak orang!”

“Saya copet bang, bukan pengemis…” Komet membela diri.

Glodak! Sesi pertama yang membuat lucu. Copet menjadi sebuah kebanggaan!

tak kenal lelah si Muluk mencari kerja. Ditengah-tengah perjalanan Muluk mencari kerjapun dihiasi dengan perdebatan antara Ayah-nya Muluk dan Ayah-nya Rama. Ya, mereka berdebat masalah pendidikan. Penting tidaknya sebuah pendidikan. Sudut pandang Ayah-nya Muluk menganggap penting karena dengan pendidikan orang bisa majuu sementara dengan Ayah-nya Rahma berpendapat sebaliknya, pendidikan itu tidak penting jikalau tidak adanya koneksi.



Yang kedua adalah ketika si Batak lulusan sarjana pendidikan  yang setiap harinya selalu menghabiskan waktu dengan main pocker di pos ronda. Pipit anak ustadz yang menghabiskan waktu dengan mantengin tv untuk mengikuti kuis. Isterinya ustadz yang hobinya maen games dan TTS. Yang semuanya ini adalah relasi dekat si Muluk.



Berulang kali mencari kerja, kesana kemari, tak menemukan jua. Ketika makan disebuah kantin. Ia dipertemukan kembali dengan si Komet (Sang pencopet cuilik). Yang dengan enaknya makan dari hasil mencopet.

Singkat cerita, si Muluk dibawa ke markas para pencopet cilik tersebut. terungkaplah semua pencopet-pencopet cilik itu yang terbagi menjadi beberapa group. Yaitu group pencopet pasar, pencopet mall, dan pencopet angkot.

Perjuangan bagaimana seorang Muluk untuk mendidik mereka baca tulis, menabungkan hasil jerih payah copet mereka, membeli kendaraan dari hasil mereka nyopet dan digajih melalui hasil copet mereka juga.

Menurutku sangatlah geli ketika melihat aksi anak-anak menyopet, jadi tahu cara menyopet yang professional itu seperti apa, ckckck… (huuust!)

Pipit pun ikut bergabung mengajar para pencopet tersebut. hasrul mengajari mereka membaca, menulis dan UUD 45, kemudian untuk si Pipit mengajarkan mereka mengaji dan mengajarkan bacaan sholat dengan caranya.

Awalnya anak-anak tersebut sulit sekali diajarinnya. Dan si bang (lupa lagi namanya) yang jelas dia sebagai bosnya anak-anak pencopet, menampar-nampar bagi siapa saja yang tak mau belajar.

“Heh, alas an lo kenapa ga mau belajar? Merasa paling pinter? Lo ga bakalan lari kearah tulisan itu ketika dikejar-kejar, jika lo bisa baca!” Yang ditunjuk adalah plang bertuliskan POLISI! Wkwkwkwk…

Mereka pun  bisa baca, tulis dan bahkan sholat.

Tahu si kipli kan yang maen di film Kiamat Sudah Dekat? Nah, dia menjadi bos dari group pencopet angkot. Jika ia berbicara selalu diawali dan disela-selai oleh kata “adalah”. Misalkan : Adalah nama saya adalah Ribut, adalah bosnya adalah pencopet angkot adalah... pokoknya adalah2nya itu buanyaaak banget dech. Sehingga, ketika si Ribut menjadi imam dalam shalat berjamaah, Glen (bosnya pencopet mall) tak ikut menjadi makmum, ketika ditanya kenapa? Jawabannya : Males ah, nanti Allahu Akbar adalah bismillah adalah Sami’allah adalah lagi! Gubrak! Ahahaha… benar juga siiih :D

Akhirnya, Ayahnya si Muluk, Ayahnya si Rahma dan si Ustadz memutuskan untuk ikut berkunjung ke kantor si Muluk. Terkagetlah mereka karena menyaksikan kantor yang disebut bukanlah kantor seperti biasanya. Jauuuh dari yang dibayangkan. Ayahnya si Muluk terkaget, jadi gajih yang selama ini didapat oleh si Muluk adalah hasil dari mencopet anak-anak tersebut? uang haram? Meskipun, pendidikan yang ditanamkan si Muluk sangatlah berarti untuk mengubah profesi anak-anak dari pencopet menjadi pengasong, namun kekecewaan Ayahnya si Muluk tak bisa terobati, karena gajih yang dihasilkan si Muluk selama ini adalah uang haram.

Berangkat dari sana, Muluk, Nasrul dan Pipit pun memutuskan untuk tak mengajari mereka lagi. Mereka hidup masing-masing. Yang ngasong-ngasong, yang copet tetap copet. Endingnya si Muluk belajar mengumudi mobil, ketika sedang belajar ia menyaksikan si Glen dikejar-kejar masa karena ketahuan mencuri dan si Komet dikejar-kejar Pamong Praja karena mengasong (yang diartikan sebagai mengganggu ketertiban lalu lintas). Menggantung!

Supaya lebih afdhol, nonton sendiri ya… Males cerita (lho? Ahahaha) 
***Jika kalian punya dana berlebih, ajak anak-anak jalanan, pedagang asongan dan anak-anak duafa yang lain menonton film ini! itu akan sangat berbeda sensasinya ^^


2 comments

  1. humd....tapi perasaan waktu itu ga ada adegan sedihnya ya-?
    Tapi ko' masih ajj yang mau netesin air mata?
    Heran akuuuu..

    Percaya lahhhhh, kasihmu lama tersulam diruang paling dalammmmm..

    Sorri ya naluri penyanyiku keluar..ga tau lagu itu kan???Ndeso...hahahah

    ReplyDelete
  2. heh, emang dari kata2 mana yg menunujukan klo aku bersedih???

    ga bisa baca yak? dasar mukamu ndeso!!! ahahahahahaha... :P

    ReplyDelete