22 April 2016 bertepatan dengan hari bumi, Unilever
beserta WWF menggelar talkshow bertema #beliyangbaik untuk lingkungan yg
lestari.
Acara dimulai dengan perkenalan para narasumber dan prolog
yang dibawakan oleh host kondang, Gerry Atmaja.
Bahwa 4% penyumbang efek rumah kaca paling besar yaitu
negera kita, Indonesia. Banggakah kita? Tentu tidak bahkan sebaliknya. Dan apa
yang telah kita lakukan sehingga menjadi salah satu penyumbang efek rumah kaca
ini? Awareness, bahwa kesadaran kita terhadap lingkungan hanya 5,7% yang artinya masih jauh dari kata
baik.
Mungkin kita bertanya, memang dampak dari semua ini bermuara
pada siapa? Sementara saat ini kita masih nyaman dengan keadaan yang fine-fine
saja. Efeknya adalah pada generasi penerus kita, anak cucu di masa mendatanglah
yang akan merasakan dampak dari ketidak pedulian kita terhadap lingkungan.
Wah, menyeramkan sekali ya…
Sebelum memulai acara, video The Value of Chain pun diputar.
Persentase demi persentase bermunculan. Saksikan dulu yuk videonya..
Diketahui untuk Bahan baku = 26%, Pabrik = 3%, Pengguna :
68%
See?
Selama ini kita mengira bahwa penyebab kerusakan alam yang
terjadi adalah karena berasal dari Pabrik, entah itu polusinya, limbahnya,
dllnya, namun ternyata pangkal
permasalahan terbesar adalah ada pada kita selaku konsumen! Iya jika yang
menggunakan suatu produk hanya satu dua orang, jika puluhan ribu bahkan puluhan
juta orang? Disinilah, peranan kita sebagai konsumen dengan bijak membeli
produk yang baik dipertanyakan! Itu artinya keputusan membeli berpengaruh dalam
skala besar.
Kiri-Kanan : Mba Mia, Mba Dewi, Mba Nola |
Konsumen Membeli Unilever Bertanggung jawab!
Diawali dari mba Maria Dewantini sebagai pihak Unilever. Cerita dimulai
dari sebuah program campaign yang telah kita kenal yaitu Brightfuture. Adalah program yang mengusung bahwa
masyarakat harus mempunyai masa depan cerah. Setiap orang memiliki hak untuk
masa depan cerah. Dari Lembar Fakta didapat bahwa Kampanye BrightFuture
merupakan pengejawantahan dari Unilever Sustainable Living Plan (USLP),
strategi yang diluncurkan secara global untuk menumbuhkan bisnisnya seraya
mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan serta meningkatkan dampak positif
bagi masyarakat. Kampanye ini diluncurkan sejak tahun 2013 yang diselenggarakan di 6 negara besar, antara lain Indonesia, Amerika, Inggris, India, Brazil dan Afrika Selatan.
“Kita boleh memproduksi banyak produk, tapi kita kita pun
memikirkan efek lingkungan lebih tinggi, seperti limbah, misalnya.” Ujar Mba
Mia dengan penuh semangat.
Seperti dikatakan sebelumnya, setiap Brand harus bisa
berkembang dengan catatan dampak terhadap lingkungan ditekan seminimal mungkin.
Oleh karena itu, Unilever sendiri harus bertanggung jawab atas setiap produk
yang ia luncurkan.
Dan itu benar-benar dilakukan oleh Unilever lho. Mereka
memikirkan, bagaimana caranya agar target mereka kearah masa depan yang cerah
dapat terealisasi.
Unilever melakukan mapping dari mulai hulu :
- Bahan baku
Penting sekali untuk pemilihan bahan baku
yang tidak merusak lingkungan. Salah satu produk sabun Unilever menggunakan
minyak sawit contohnya.
- Proses produksi
Bagaimana menekan seminimal mungkin limbah
dan polusi dari Pabrik.
- Kirim
Bagaimana standard aman terhadap produk
bisa terjaga dalam pendistribusian.
- Pakai
Disinilah pemakaian oleh konsumen merupakan
pengaruh besar terhadap lingkungan. Terus
salah gue gitu? Artinya kita dituntut untuk lebih cerdas membeli yang baik
dan kreatif dalam penggunaan dan manajemen sampah kemasan. Ga rugilah ya demi masa
depan cerah. memang butuh effort jika ingin serius kea rah lebih baik.
-
Kemasan Recyclable
Kemasan yang bisa diolah. Sehingga meminimalisir dampak emisi terhadap gas rumah kaca.
Setelah memetakan proses pertanggung jawaban Unilever
terhadap sebuah produk, akhirnya kita ketahui (sekali lagi) konsumenlah akar
permasalahan terbesar penyumbang terhadap dampak negative lingkungan. PERILAKU
KONSUMEN. Dimana kesalahan terbesarnya? Yaitu ada pada kemasan. Jadi sebisa
mungkin, hindarilah pembelian yang ber-sachet.
Memang jika dilihat dari segi harga, mungkin, kita sebagai
konsumen lebih memilih sachet dibanding botolan karena terjangkau. Namun
dampaknya? Duh, nyampah banget yaa, ga
kece deh!
Kemudian bagaimana jika kita tidak mampu membeli? Hal ini
pun sedang dipikirkan oleh pihak Unilever. Memang kemasan besar itu dianjurkan
bagi konsumen dengan daya beli yang cukup.
Lalu bagaimana sih caranya biar kita bisa #beliyangbaik? Yuk
cari tahu!
Zaman sudah canggih, fasilitas sudah mumpuni, saatnya
bertanya dengan cari tahu, bisa melalui layanan Consumer, media social atau website-nya langsung.
Maka Lebih bijaklah dalam #beliyangbaik karena konsumen
sebagai penentu!
Sumber : WWF |
Saatnya WWF Turun Tangan
Nah kali ini, memasuki pembicara yang ke dua yaitu Mba Dewi
Satriani dari WWF.
Apa hubungan WWF dengan beliyangbaik? Sementara kita tahu
logonya WWF sendiri adalah panda yang berarti mengurusi para binatang, lantas
kenapa tiba-tiba berkampanye #beliyangbaik ya? Ada apakah gerangan?
Ternyata… Konsumsi para konsumen selama ini dampaknya sampai
pada hutan. Pohon-pohon ditebang untuk produksi tisu, kertas, dll… WWF berang
donk karena para raja hutan tidak memiliki tempat tinggal. Kita tahu sendiri
bahwa di pohon-pohon itulah para binatang bermukim dan melakukan aktivitas.
WWF lobi dengan para penebang hutan : eh tolong donk jangan
nebangin hutan, namun ternyata tidak bisa karena kita butuh yang namanya tisu.
Bilang pula dengan para produsen ternyata tidak bisa juga karena pasar
memerlukan itu. hingga saatnyalah WWF mengedukasi konsumen bahwa beliyangbaik
dunk, hemat penggunaan tisunya biar harimau kita punya rumah, ekosistem kita
terjaga.
Lalu bagaimana cara WWF menghadapi konsumen yang acuh?
Consumer Power -> Ingatkan, dulu kita pernah dihebohkan
dengan isu ozon yang bolong sehingga menggemparkan kehidupan umat manusia,
dilanda was-was, gelisah dan rasa ketakutan. Itu baru isu! bagaimana jika hal
tersebut terjadi pada generasi anak cucu kita?
Konsumen harus disadarkan dengan adanya kampanye
#beliyangbaik ini.
Yang harus dilakukan adalah #beliyangbaik dengan lebih
bertanggung jawab
Jika memang mau Concern, konsumen justru harusnya minta, missal mobil
yg hybrid, lampu hemat energy, menyuci sekali bilas, dll.
Peran Orangtua Sebagai Agen Perubahan
Mba Nola sebagai ibu dari penyanyi cilik Maura, berbagi tips cara edukasi kita terhadap anak.
Caranya :
- Menggali informasi
Sebagai orangtua ga boleh gaptek, apalagi untuk masa depan
anak dan lingkungan yg lestari. Cari tahu hal-hal dari produk yang ingin kita
beli.
- Effort
Orangtua harus memiliki effort, dari Hal kecil yang dilakukan secara konsisten sehingga tumbuh menjadi
besar menghasilkan masa depan
yang lebih baik.
- Edukasi ke anak sebagai seorang ibu
Dengan cara mengajarkan anak agar hemat dalam penggunaan air
dan sabun, misalnya. Ia lebih memilih menggunakan ember dari pada shower yang
cendrung boros.
Hmmm, Akan tetapi tidak mudah ya dalam prakteknya, kadang
capek menasehati berulang-ulang? Harus
mau capek! Dan jadilah role model yang baik. Ingat, Children See, Children Do
karena anak adalah peniru ulung.
- Keinginan/tujuan yang sama
SIMPLE Tapi PENTING
sebagai seorang agen perubahan kita harus menyakaman keinginan/tujuan dengan
cara diskusi. Untuk mencapai apa yang ingin dituju, harus ada komitmen
antara orangtua dan anak sehingga bisa menyamakan persepsi. Komunikasikan
dengan baik, terus-menerus, perlahan namun pasti :D
Seseorang Harus Memulai!
Ya, seseorang harus memulai agar dunia melihat, terinspirasi,
tercengang dan akhirnya berkontribusi menjadi agen #beliyangbaik.
How? Ini dia cara agar kita sebagai konsumen sadar :
- Dari diri sendiri
Mulailah dari diri sendiri. Memang sih, biasanya memulai itu butuh perjuangan yang ekstra
- Memberi inspirasi
Seperti yang digalakan oleh Unilever dengan menuliskan inspirasi, berbagi tips
bagaimana Anda melestarikan lingkungan di
kolom comment status FB Unilever dengan #beliyangbaik. Ada hadiahnya lho,
inspirasi terbaik akan mendapatkan voucher belanja senilai Rp. 100.000 di
Hypermart.
- Share
Bagikan setiap kampanye kebaikan menjadi
viral dan agar dunia melihat bahwa ekosistem akan terjaga jika kita menjaga.
- 9 Produk Unilever
Menghadirkan produk yang bermanfaat bagi
masyarakat dan terus membantu menciptakan lingkungan yang lestari. Salah
satunya dengan membantu para petani teh menerima upah yang layak. Jadi bukan
hanya banyak produk yang diproduksi melainkan menebar manfaat bagi segala aspek
pendukung terhadap proses produksi itu sendiri.
Dan 5 Hal penting yang harus diingat sebelum berbelanja agar
beliyangbaik bisa tumbuh terbiasa :
1. Apakah fungsi produk sesuai dengan yang kita butuhkan?
Beli yang butuh-butuh saja, jangan karena berdasar kalap diskonan atau karena baru gajian, produk yang tidak kita butuhkan masuk pula ke keranjang belanja, mubadzir banget deh.
2. Dari mana bahan bakunya berasal?
Pilihlah bahan baku yang tidak merusak lingkungan. Produk yang sudah Certified Sustainable, Rainforest Alliance yang biasanya diberi tanda logo kodok pada kemasannya.
3. Proses produksinya seperti apa?
Cek apakah Produsen melakukan proses produksi secara ramah lingkungan?
4. Adakah Kontribusi atau edukasi produk terhadap masyarakat?
Contoh kontribusi air mineral yang membantu masyarakat Indonesia Timur. Kemudian mulai 21 April-17 Mei 2016 dari Unilever sendiri setiap pembelian produk Lipton, Bango, Lifebouy, Pepsodent, Domestos, Dove, Molto, Rinso dan Pure It varian dan ukuran tertentu di Hypermart otomatis Kita telah mendonasikan Rp. 1000 untuk program NEWtrees yaitu penanaman 10.000 pohon di Jakarta, Jogjakarta dan Tulungagung bersama WWF. Atau Lifebouy telah lama mengedukasi masyarakat untuk cuci tangan pakai sabun. Hal ini tentu agar konsumen aware terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit seperti diare. Tujuan yang baik pasti akan membuahkan hasil yang lebih baik.
5. Apakah kemasannya bisa didaur ulang? Recyclable?
1. Apakah fungsi produk sesuai dengan yang kita butuhkan?
Beli yang butuh-butuh saja, jangan karena berdasar kalap diskonan atau karena baru gajian, produk yang tidak kita butuhkan masuk pula ke keranjang belanja, mubadzir banget deh.
2. Dari mana bahan bakunya berasal?
Pilihlah bahan baku yang tidak merusak lingkungan. Produk yang sudah Certified Sustainable, Rainforest Alliance yang biasanya diberi tanda logo kodok pada kemasannya.
3. Proses produksinya seperti apa?
Cek apakah Produsen melakukan proses produksi secara ramah lingkungan?
4. Adakah Kontribusi atau edukasi produk terhadap masyarakat?
Contoh kontribusi air mineral yang membantu masyarakat Indonesia Timur. Kemudian mulai 21 April-17 Mei 2016 dari Unilever sendiri setiap pembelian produk Lipton, Bango, Lifebouy, Pepsodent, Domestos, Dove, Molto, Rinso dan Pure It varian dan ukuran tertentu di Hypermart otomatis Kita telah mendonasikan Rp. 1000 untuk program NEWtrees yaitu penanaman 10.000 pohon di Jakarta, Jogjakarta dan Tulungagung bersama WWF. Atau Lifebouy telah lama mengedukasi masyarakat untuk cuci tangan pakai sabun. Hal ini tentu agar konsumen aware terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit seperti diare. Tujuan yang baik pasti akan membuahkan hasil yang lebih baik.
5. Apakah kemasannya bisa didaur ulang? Recyclable?
Dari Unilever memiliki Komunitas Bank Sampah yang fungsinya mendaur ulang kembali sampah-sampah yang telah dipilih, sehingga sampah yang masuk pada TPA sangat minimal sekali.
Nah itu ya, jika hendak belanja, jangan lupa ingat-ingat
pesan Mama, eh tips 5 cara beli yang baik diatas maksudnya :D
Kalau saya pribadi sih, lebih ke mencatat apa saja yang akan
dibeli :D, jika tidak begitu bisa bablas bahkan kadang terlupa dengan apa yang
sebenarnya kita butuhkan :D. Membawa catatan list belanja biasanya ampuh untuk menurunkan kadar lapar mata, kalap diskon serta menurunkan lupa ingatan list belanjaan, hasilnya membeli sesuai
dengan yang dibutuhkan, jadi lebih hemat
dan praktis :D
Jadi sudah tahu kan Siapa orang yang paling berpengaruh di
bumi?
Yuk Jadi agen perubahan #beliyangbaik dengan menjadi konsumen bijak! :)
Aaah...terima kasih sudah mengingatkan. Sekecil apapun yang bisa kita lakukan...pasti akan berdampak besar suatu saat. Belajar juga jadi orangtua yang bijak, yang bisa diteladani anak-anak kita ;)
ReplyDeleteBetul mak.. aamiin, semoga kita bisa jadi teladan yg baik untuk anak2 kita ya mak :)
Deletehmm iya sekarang harus concern ke akibatnya ke lingkungan juga ya ne
ReplyDeletebener bgt mbak, ga boleh egois lagi
DeletePerlu dicatat dan dishare nih, jangan sampai anak-cucu tidak bisa merasakan kehidupan kita sekarang
ReplyDeleteiya mba, kampanye kayak gini musti didukung dan dishare sebanyak-banyaknya :)
Delete