Ketika kondisi sedang kepyahan, hal yang sering ku lakukan adalah browsing2 mencari mutiara hikmah untuk membangkitkan semangat seperti semula.
Dan finally aku menemeukan mutiara2 itu begitu mempesona. Hingga aku sesenggukan lalu tertunduk malu membacanya.
Sulit, Mudah, Ridha-Nya
Oleh : Big Zaman
Satu waktu, sudah lama sekali.
Seseorang berkata dengan wajah sendu.
“Alangkah beratnya… alangkah banyak rintangan… alangkah berbilang sandungan… alangkah rumitnya.”
Aku bertanya, “Lalu?”
Dia menatapku dalam-dalam, lalu menunduk.
“Apakah sebaiknya kuhentikan saja ikhtiar ini?”
“Hanya karena itu kau menyerah kawan?” aku bertanya meski tak begitu yakin apakah aku sanggup menghadapi selaksa badai ujian dalam ikhtiar seperti dialaminya.
“Yah, bagaimana lagi? Tidakkah semua hadangan ini pertanda bahwa Allah tak meridhainya?”
Aku membersamainya menghela napas panjang.
Lalu bertanya, “Andai Muhammad SAW berpikir sebagaimana engkau menalar, kan adakah Islam di muka bumi?”
“Maksudmu, akhi?” Ia terbelalak
“Ya, andai Muhammad berpikir bahwa banyaknya kesulitan berarti tak
diridhai Allah, bukankah ia akan berhenti di awal-awal risalah?”
“Ada banyak titik sepertimu saat ini, saat Muhammad bisa mempertimbangkan untuk menghentikan ikhtiar.
Mungkin saat dalam rukuknya ia dijerat di bagian leher.
Mungkin saat ia sujud lalu kepalanya disiram isi perut unta.
Mungkin saat ia bangkit dari duduk lalu dahinya disambar batu.
Mungkin saat ia dikatai gila, penyair, dukun, dan tukang sihir.
Mungkin saat ia dan keluarga diboikot total di syi’b Abi Thalib.
Mungkin saat ia saksikan sahabat-sahabatnya disiksa di depan mata.
Atau saat paman terkasih dan istri tersayang berpulang.
Atau justru saat dunia ditawarkan padanya ; tahta, harta, wanita…”
“Jika Muhammad berpikir sebagaimana engkau menalar, tidakkah ia punya banyak saat untuk memilih berhenti?”
“Tapi Muhammad tahu, kawan.
Ridha Allah tak terletak pada sulit atau mudahnya,
berat atau ringannya, bahagia atau deritanya,
senyum atau lukanya, tawa atau tangisnya..”
“ Ridha Allah terletak pada
Apakah kita mentaati-Nya
dalam menghadapi semua itu?
Apakah kita berjalan dengan menjaga perintah dan larang-Nya
dalam semua keadaan dan ikhtiar yang kita lakukan? ”
“Maka selama di situ engkau berjalan,
bersemangatlah kawan…”
Bersemangatlah sebagaimana semangat dan keyakinan Siti Hajar ketika ditinggal Ibrahim berdua saja dengan Ismail kecil di tengah gurun pasir yang gersang. Ketika Ismail kecil menangis karena kehausan, bunda Hajar terus berlari tiada henti mengais air demi anaknya. Tak ada sedikitpun ragu di hatinya, dengan tegas ia berujar,
Jika ini perintah Allah, Dia takkan pernah menyia-nyiakan kami!
Keteguhan yg menghasilkan, zam-zam pun memancar! Namun bukan dari jejak hasilnya berlari, namun dari kaki mungil Ismail kecil..Ya, begitulah keajaiban itu datang, hasil sebuah keteguhan, walaupun terkadang tak terletak dalam ikhtiar-ikhtiar kita.
Maka bekerjalah saja maka keajaiban itu akan menghampiri kita..
P3A, Forkat, Sahabat, dan Asrama tetaplah menumbuh dan terus menyemai kebaikan.
***
*nangis dipojokan
Ya Allah, betapa malunya aku,
Kau lihat itu, shine? Maka mengeluh bukanlah solusi! berwudhu, beristighfar, lalu bangkit berdiri, kobarkan semangatmu untuk bekerja keras seperti semula.
Pic Taken From Here |
Alhamdulillah... Asyukurullah... Semangat ini begitu terasa...
Ya Muqalibul Qulub Tsabi Qalbi 'Ala Dinnika Wa Tho'atik...
Allahuma inna naudzubika minal hami wal hazan, wa 'adzubika minal 'ajzi wal kasl, Allahuma Aamiin
berusah a itu solusi. bukan mengeluh. hehee
ReplyDeleteenggih mba :P
DeleteYa Muqalibul Qulub Tsabi Qalbi 'Ala Dinnika Wa Tho'atik...
ReplyDeleteAamiin.. Allahumma Aamiin..
tetap semangat shine-ku sayang <3
iya mayaaaaa *peluk maya* <3
DeleteEh ladhalah! Big Zaman itu teman SMA saya! Teman seangkatan! :D
ReplyDeleteDia di UI kan ya? :D
oya? ya ampuuun... aku sih ga knal mas, cuma suka baca blognya dia... iya dia anak UI :D
Deletekunjungan sob ..
ReplyDeletesalam sukses selalu ..:D
iya trimakasih tlah berkunjung :D
Delete