@copy right : Shine Fikri. Powered by Blogger.

(GoVlog-Umum) Masa Putih-Biru

Illustrasi Seragam SMP

Remaja! Enam huruf yang menjadi sejarah pembentukanku. Dan kini menjadi kenangan indah klasik yang ingin ku bagi.  Bukankah seperti kita ketahui masa remaja merupakan masa labil pembentukan dari masa anak-anak menjadi dewasa?

Celakanya, masa remajaku dihiasi dengan teman-teman super sableng! Kok bisa? Ya bisalah, karena memang ketika aku menginjakan kaki di SMP tahun 2002, menggunakan seragam putih-biru, mau tak mau temanpun ikut andil dalam kehidupanku sehari-hari. Sekarang, mari kita intip bagaimana lorong waktu masa remajaku dihiasi :


Perkenalkan...
Nandang! Usia 12tahun. Hobi ngusilin anak kelas 1F. ya, kelas F yang terkenal dengan kebandelannya dan tak ada guru yang betah berlama-lama di kelas ini. Biang kerok dari segala kasus. 
Atlit volley yang merupakan maskot sekolah. Tempramen, tak mau kalah dan doyan ngusilin cewek seksi. Mempunyai kelebihan yaitu ganteng dan tinggi sempurna ketika SMP, kisaran 160an. Anak polisi yang doyan bikin gaduh kelas. Catatan kasus yang dimilikinya meraih nilai tertinggi di sekolah. Pernah discors selama seminggu karena selalu bikin ulah.
Kasus dan ulahnya di kelas adalah sebagai berikut :
1.      Kasus Puteri Upil
Aas – the woman heroes! Hobinya nolongin cewek-cewek yang teraniaya di kelas. Jika ada satu saja cewek yang diusik oleh Nandang dan konco-konconya maka ia akan datang bertindak dan mengeluarkan jurusnya : Dengan kekuatan bulan, aku akan menghukum mu! Hingga perang dunia ketiga pun terjadi.

“Heh, Lo As! Kenapa sih lo seneng banget ikut campur urusan orang? Gue kan gangguin Darnicah, kenapa lo yang gebukin gue pake sapu?” Nandang mulai menyerang dengan omongan.

“Lo tuh jangan suka gangguin cewek, gue kasihan liatnya, dia jerit-jeritan masa gue diem aja! Gue juga berhak donk membela dia.” Aas balas serang.

“Jangan sok jadi hero dech lo! Urusin dulu tuh upil lo yang pada nyembul ! Dasar Puteri Upil!” Nandang menabok bokong Aas.

“Gue Aduin Lo ke Bu Suratini…” Katanya sambil terisak syahdu.

“Aduin aja sono! Bisanya Cuma ngadu doank! Dasar Puteri Upil!” Emosi Nandang semakin meradang.

Aas menangis tersedu-sedu dipojokan kursinya. Kasihan dia… Mulai saat itulah, ia resmi dipanggil dengan sebutan “Puteri Upil” (sebuah sebutan untuk Aas yang upilnya sering nongol dilubang hidung). Dan apes untuk Nandang karena tak lama setelah kejadian itu Bu Suratini datang dengan anggunnya, menjewer Nandang dengan ekspresi geregetan.

Fakta! Ketika aku duduk di kursi Aas dan aku mencari penghapus dikolong mejanya, tanpa sengaja tanganku tertabrak gundukan yang menyerupai benua Asia, Afrika. Ya, penemuan yang begitu bombastis, aku menemukan benua itu dari hasil selepetan upilnya Aas yang dirancang begitu indah dikolong meja. Menjijikan!huhu…

2.      Kasus Perosotan
Widia – cewek seksi di kelas 1F, bukan hanya tercantik di kelas 1F saja melainkan seantero kelas dari A sampai I tahu akan kecantikan yang dimilikinya. Usut punya usut si Nandang menyimpan perasaan yang bisa dikatakan baru berkuncup. Ketika pelajaran olahraga, saat pak Fudoli (Guru terkiller sejagad SMP) tak hadir dan ia menugaskan Widia untuk menuliskan materi di papan tulis, ia pun maju dengan PD-nya dan anteng menuliskan apa yang ada didalam buku. Saat asyik-asyiknya Widia menulis, tiba-tiba saja mode BT Nandang sedang menendang keluar dan entah ada syetan dari mana yang meniupkan kejahilan ke ubun-ubunya, hingga Srooot!

Widia menjerit, Semua mata yang memandang serentak tertawa terpingkal-pingkal. Nandang tertawa terbahak saat melihat adegan yang menurutnya menarik. Kalian tahu kenapa? Ya, celana olahraga widia diprosotkan oleh Nandang dengan sempurna, tersibaklah aurat Widia. Dan dodolnya, Widia hanya bisa mematung dan menjerit-jerit seperti orang kesurupan. Bukannya langsung menaikan celananya, malah anteng berdiri dan menjerit histeris seriosa. Widia nangis dan akhirnya si Puteri Upil  menyelamatkan Widia dari perbuatan menghinakan itu. Puteri Upil menarik taplak meja guru dan menutupkannya pada aurat Widia yang terbuka. Riuh tawapun berhenti diganti oleh tatapan sok-sokan iba melihat Widia. Sungguh tindakan asusila yang menggeramkan Guru BP dan wali Kelas. Kasus pertama, Nandang dilaporkan pada Guru BP dan Wali Kelas oleh Puteri Upil.

3.   Kasus Smack Down
Cahyadin – Bocah cilik, pendek, kecil, kurus, ingusan pula. Memiliki tahi lalat di atas bibirnya. Ketika pelajaran bahasa Indonesia, Pak Kus bertanya : 

“Jika oleh-oleh sering diistilahkan sebagai apa?” Katanya mengetes kami sekelas.

“Buah bibir pak!” Serentak menjawab kompak.

Nandang tertawa ngakak menunjuk Cahyadin. Kemudian nyeletuk :
“Kalau tahi lalat diatas bibir itu namanya buah apa pak?” 

“Huuussst… Jangan becanda!” Kata Pak Kus menghindari permasalahan.

“Aha saya tahu, buah bibir pentol korekan ya pak?”

“Bwahahahaha…” Seisi kelas tertawa renyah. Temanku tertawa terkentut-kentut pula. Dan semenjak itu, Cahyadin resmi menyandang gelar “Buah Bibir Pentol korekan” karena tahi lalat yang persis pentol korekan begitu ketara nemplok di atas bibirnya.

Suatu waktu, ketika guru matematika tak masuk kelas. Mulai, kelaspun ricuh dengan bercandaan kampungan yang super duper. Aku hanya diam tak bergeming, tidur-tiduran di atas meja. Bruk… Brak… Dzigh… Buk… suara-suara itu mengalihkan pandanganku, menyeretku untuk mau tak mau melihatnya. Nandang dan Cahyadin kumat! Mereka perang-perangan baku hantam. Ketika itu sedang trend-nya program TV Smack Down.

“Din, Kita maen smack down-smack down-an ajah yuk!” Kata Nandang tanpa aba-aba menghantam Cahyadin. Jelas, Cahyadin yang ukurannya jauh lebih kecil mundur secara perlahan.

“Waka… Waka… Semeeeek…” Nandang mengangkat tubuh Cahyadin ke atas… diputer-puterkannya tubuh Cahyadin dengan sempurna. Aku dan anak-anak lainnya berteriak histeris.

“Down!” Nandang membanting Cahyadin!

Cahyadin tersungkur. Kepalanya terbentur sudut meja. Nandang tertawa. Cahyadin meratapi kepedihan kepalanya. Nandang baru sadar jika Cahyadin menangis. 

“Din… Maaf Din… Gue ga sengaja!” Kata Nandang dengan wajah tanpa dosanya. Seolah-olah syetan dari dalam tubuhnya telah raib.

Cahyadin tetap menangis dan memegang dahinya. Ketika disibakkan tangan cahyadin yang menutupi dahi, munculah bola kasti yang tumbuh dari dahinya. Ya, dahi Cahyadin benjol segede bola kasti. Rasanya aku ingin tertawa melihat benjolan tersebut seperti benjolan di kartun shincan ketika dijitaki oleh mama nya. Tapi urung ku lakukan. Dan tanpa berlama-lama dengan sigap Puteri Upil mengambil langkah seribu menuju ruang guru. Untuk apa? Untuk apa lagi jika bukan laporan tentang kasus ini. Melihat kasus ini, ingin rasanya  aku melaporkan pada Bapaknya Nandang yang polisi, biar diberikan pelajaran sekalian oleh bapaknya. Namun bagaimanalah, ketika itu tak ada smartphone yang super canggih seperti sekarang ini. Jangankan smartphone, handphone saja belum ada!  

Sungguh tragis! Dari kejadian inilah Nandang di scors selama seminggu.

Ya, itulah aksi sableng Nandang. Teman remajaku yang begitu ekspresif.

Beda halnya dengan kasus yang dibawa Cucun gendeng. Teman sebangkunya Puteri Upil dan usilnya minta ampun. Ia bertindak semaunya, seenak udelnya.

Pernah ketika aku ingin malas-malasan karena tak ada guru di kelas. Aku lebih memilih tidur-tiduran dan bermalas-malasan di atas meja. Cucun mengusikku, ia mengajakku untuk ngobrol. Namun, aku cuek bebek, tepatnya menolak keinginannya.

Sedang asyik-asyik tiduran, tiba-tiba…

“Aaawww!” Jeritan pertamaku! Entah, seperti ada yang menusuk bokongku. Rasanya seperti disengat lebah. Ah, mungkin semut kali ya, tepisku. Aku pun melanjutkan malas-malasanku.
Tak lama kemudian.

“Aaawww!” Jeritan keduaku! Rasanya seperti tersengat listrik bervoltase 5 watt. Apaan sih ni, kok sakit banget? Masa semut? Denting hatiku…

Dan…

“Aaawww!!!” Jeritan yang ketiga!
Darahku mendidih! Kali ini aku tak bisa diam, langsung ku lihat kolong kursi. Ternyata si Cucun sedang jongkok dan memegang jarum pentul! Ia terpergok! Kemudian nyengir kuda.  Ya, benar sekali! Yang menusuk bokongku adalah Cucun Kampreeet! 

Berderailah air mataku dibuatnya… Sungguh menyebalkan! Aku marah dengan Cucun, Cucun meminta maaf.

“Maafin aku… Aku kan Cuma becanda.” Katanya dengan nyengir melas.
“Ga!” Masih meneteskan air mata.
“Ya abis kamu, diajakin ngobrol sama Cucun ga mau sih, ya udah Cucun tusukin aja bokongmu, biar kamu mau ngobrol sama Cucun.” Dengan polosnya ia berujar seperti itu! Ringan, seringan kapas! Dasar otak usil!

Huaaah, itulah masa putih-biruku dihiasi dengan orang sableng dan gendeng, ya maklumlah namanya juga remaja, the worst of time! Namanya juga bocah, masih suka ikut-ikutan dan gampang terpengaruh.

Well, Itu semua ditimbulkan karena pemikiran remaja tentang menghadapi hidup semaunya. Ya seperti bang rhoma irama bilang, let’s sing : darah muda darahnya para remaja. Yang selalu merasa gagah, biar salah tak mengapa. 


Semoga berhikmah dan cukup untuk berolah raga wajah ^.^

4 comments

  1. waaahh... tulisannya panjang ahahahah....

    moga menang ya :D :D

    ReplyDelete
  2. Huehehe, nostalgiaaa...
    Kalau mbak masuk SMP 2002 berarti cuma beda seangkatan sama akyuuu...

    ReplyDelete
  3. Jika ingin mengikuti lomba GoVlog harap penuhi syarat2 seperti link berikut
    http://www.vivanews.com/xl_govlog
    Terimakasih.

    ReplyDelete
  4. @Miss U : Aamiin, makasih miss U :)

    @Una : beda 1 angkatan? berarti kamu 2001 atau ga 2003 ya??? hehe..

    @Anonymous : Siaaap! sudah paaak atau buuu :)terimakasih...

    ReplyDelete